Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Penulis

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Menilik Keistimewaan Kopi Gunung Malang

8 Januari 2019   09:35 Diperbarui: 9 Januari 2019   15:20 1345 6 2


"Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan" ~ Dee, Filosofi Kopi ~

Foto by Lilian
Foto by Lilian
Kepul uap dari air panas yang menyiram bubuk kopi mengundang penikmat kopi untuk segera menyeruputnya. Aroma  kopi yang menggoda dan rasanya yang punya cita rasa khas mampu mendendangkan lidah penikmatnya. Kopi Arabika, siapa yang tidak mengenalnya? ya, kopi ini bahkan sudah terkenal di berbagai belahan dunia.

Eits, kopi ini juga tumbuh di daerah Purbalingga tepatnya di Gunung Malang, Kecamatan Karangreja,Kabupaten Purbalingga. Kopi Arabika Gunung Malang ini bisa didapatkan di base camp jalur pendakian Gunung Slamet via Gunung Malang.

Kopi arabika ini dapat tumbuh subur di daerah pegunungan dengan ketinggian 1400-1700 mdpl berbeda dengan kopi robusta yang hanya bisa tumbuh pada ketinggian kurang dari 1000 mdpl. Kopi arabika Gunung Malang ini menjadi primadona dan potensi unggulan yang dimiliki Kabupaten Purbalingga.

Proses pengolahan kopi arabika Gunung Malang ini tidak jauh berbeda dengan pengolahan kopi pada umumnya. Sebelum ke pengolahan, kopi arabika melalui proses pemetikan dulu dimana buah kopi yang sudah matang berwarna merah tua dipetik dari pohonnya. Masa panen kopi arabika ini jatuh pada bulan Februari.

"Tapi gak mesti juga karena kadang siklus ini antara tujuh sampai delapan bulan setelah panen selesai, kalau pada bulan-bulan pasca panen raya masih ada buah kopi tapi gak sebanyak saat panen, hanya buah-buah susulan saja," kata salah satu petani kopi arabika, Karsum saat dijumpai di kebun kopi Gunung Malang.

Setelah melalui proses pemetikan, buah kopi kemudian dibawa ke tempat penyortiran. Pada proses ini, buah kopi direndam di air hingga terlihat antara kopi yang mengapung dan tenggelam. Buah kopi yang ditemukan mengapung merupakan buah yang kualitasnya kurang baik. Selanjutnya kopi yang tenggelam dipisahkan dari airnya untuk melalui proses pulping.

Foto by Lilian
Foto by Lilian
Pada proses pulping ini, petani kopi Gunung Malang melakan dengan mesin pulper yang masih tradisional tanpa bantuan mesin ataupun listrik. Proses ini dilakukan guna memisahkan antara kulit buah kopi dan biji kopi. Proses ini rupanya masih belum berakhir, setelah biji kopi dipisahkan dari kulit buah kopi kemudian direndam kembali dalam air untuk melihat mana kopi yang tenggelam dan mengapung.

"Yang mengapung nanti juga kita pisahkan proses penjemurannya, kita (petani kopi Gunung Malang, Red) biasanya memakai proses natural," ujar Karsum.

Setelah biji kopi dicuci dan dibersihkan dari lendir yang menempelnya, ada beberapa macam proses yang dilalui biji kopi untuk menjadi kopi primadona Purbalingga. Proses ini dilakukan secara hati-hati untuk menjaga cita rasa kopi gunung malang. 

Adapun prosesnya meliputi proses natural  yang mana setelah buah kopi dipetik dari pohonnya kemudian ditebarkan pada alas plastic untuk dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari langsung pada proses ini rasa yang dihasilkan kopi cenderung memiliki keasaman rendah dan rasa yang kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2