Pemilik rumah tua tersebut , saat kami menyewa, adalah Pak Kadir. Ibuku kenal baik dengan mereka, bahkan setelah ibu pindah rumah ke Gandok, dan akhirnya pindah ke rumah dinas di jalan Progo Kota Bandung.
Masih terbayang kehidupan ibu ayah yang cukup prihatin karena belum punya rumah. Serambi depan kamar di pasang kerai bambu, fungsinya menjadi dapur. Serambi menjadi dapur sekaligus ruang makan dan ruang tamu.
Halaman dan kebun super luas menjadi tempat kami bertumbuh bahagia di masa kecil, meski itu halaman pemilik rumah. Kami hanya menyewa 2 kamar tidur saja di sayap pavilyun belakang rumah tersebut. Sampai tahun 1968 an kami menyewa kamar tersebut.
Ada kolam ikan tempatku pernah tercebur ke dalamnya gegara menangkapi kecebong. Di depan serambi kamar sewaan kami.
Kadang aku suka ikut ibuku sowan ke rumah utama, mengobrol dengan Ibu Kadir. Tapi kok kami lebih suka menyapanya sebagai Ibu Wawan, mungkin karena Ibu Kadir adalah ibunya Wawan, putra buingsu mereka. Jika jelang malam, beruntung bisa ikujt nonton televisi. Tahun 60 an televisi tergolong barang langka dan mewah. Juga kulkas.
Nah ibuku suka bikin es krim alpukat, untuk membekukannya , menumpang di kulkasnya Ibu Kadir. Cerita ibu, ibu Kadir sangat baik. Dulu mobilnya VW kodok . Masih kecil , beberapa kali menumpang.
Halaman super luas jadi favorit kami, dua kakak perempuanku suka berguling-guling sambil koprol di halaman luas itu. Banyak pohon cemara, pinus, kemboja, bunga sepatu. Kadang kami memulungi bunga kemboja putih yang terserak indah.
Kadang di hari minggu kami naik kuda yang suka lewat di pinggir jalan depan. Ibuku yang belum selesai kuliahnya, suka mengajak kami anak-anaknya ke kampus. Ibu praktikum di lab farmasi ITB , kami bermain di kebun dan halaman kampus.
Lucunya kalau ke kampus, ibu suka potong jalan. Menyeberang dulu dari jalan Dago 124, ke satu rumah sahabatnya, Ibu Emi Abu Kasan. Ibu Emi ini kakaknya Bawono Yodo , suami artis lawas Tetty Kadi. Nah. Di halaman belakang rumahnya, ada sebidang kebun dan selokan.
Biasanya ibu menggendong kami menyeberangoi selokan, tada, sudah masuk kampus ITB. Rasanya sangat gembira kala itu bisa berlarian di halaman kampus, sambil memetiki bunga, untuk dibawa pulang, main masak masakan.