miakultsumsafitri
miakultsumsafitri Mahasiswa

Menulis merupakan hobi yang saya miliki dan selalu diasah hingga saat ini. Menulis pun membuat saya terinspirasi untuk selalu berpikir kritis dan memaksimalkan literasi dalam hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Video

Trend Dalam Aplikasi Tiktok Membuat Remaja Saat Ini Ingin Menjadi Tokoh Publik Yang Selalu Disenangi Kalangan Lainnya

28 Januari 2025   14:00 Diperbarui: 28 Januari 2025   14:14 190 1 1

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai remaja tentu banyak hal yang ingin kita tiru dan membuat diri kita menjadi terkenal di jagat raya ini. Dengan munculnya media sosial dalam kehidupan, membuat kita merasa tidak bisa melepaskan smartphone dari tangan kita sampai saat ini. Dalam penggunaan media sosial ini, ada salah satu aplikasi yang memang sering ramai dibincangkan dan selalu dikatakan dapat menimbulkan banyak hal negatif dalam pengaplikasiannya. Aplikasi media sosial ini yaitu TikTok, yaitu aplikasi khusus video, musik, dan foto buatan negara China oleh Zhang Yi Ming pada September 2016. (Kusuma & Oktavianti, 2020; Putri & Azeharie, 2021). TikTok digemari karena menawarkan peluang untuk membuat beragam konten, mulai dari challenge video, lipsync, dubbing, dance, bernyanyi, dan lain sebagainya. Aplikasi ini telah diunduh 50 juta kali di Google Play Store (Dewa & Safitri, 2021). Namun, remaja saat ini seringkali mengikuti trend viral yang kita tonton dan selalu muncul dalam FYP akun TikTok masing-masing. Kita sering mendengar istilah “FYP” dalam TikTok, dan kebanyakan ini digunakan dalam hashtag video yang sering muncul. Maksud FYP dalam TikTok ini adalah “For You Page”, atau bisa juga sebagai halaman dalam aplikasi TikTok yang mengumpulkan konten video yang direkomendasikan aplikasi dari pengguna yang sering melihat dan menyukai konten tersebut (Laily, 2022, seperti dikutip dalam Hayati dan Sudradjat, 2022). Dari FYP ini, pada akhirnya kebanyakan remaja mengikuti hal-hal yang ditampilkan dalam konten tersebut demi menjadikan dirinya terkenal dan namanya selalu dikenal oleh pengguna lainnya.
Penggunaan TikTok sudah menjadi hal yang biasa bagi remaja saat ini. Hal utama yang menyebabkan TikTok digunakan oleh kaum remaja zaman sekarang adalah faktor lingkungan dan pergaulan. Namun, faktor lain yang memengaruhi adalah mencari “cuan” melalui live TikTok dan menjadi selebgram maupun influencer. Namun, menurut A. Nuraini dan N. S. Kusumah (personal communication, 02 Januari 2025), ada juga yang menggunakan TikTok sebagai wadah untuk mencari update kabar berita yang terbaru dan tercepat, dan juga banyak kalangan menjadi fomo terhadap berita-berita yang ditampilkan. Banyak juga artis atau aktor remaja yang menggunakan TikTok dengan harapan menambah tingkat persentase popularitasnya dalam media sosial. Hal ini membuat kaum remaja termotivasi untuk menjadi terkenal dan bisa mendapat penawaran menjadi bintang iklan di beberapa brand terkenal dan men-endorse beberapa barang yang ia gunakan. Hal ini membuat mereka menjadi tertarik karena menganggap bahwa mencari uang di sini akan lebih mudah dan cepat dibandingkan bekerja (M. N. Adawiyah & A. Nuraini, personal communication, 02 Januari 2025). Penggunaan TikTok saat ini juga banyak sekali dampak yang timbul tergantung dari pengguna itu sendiri, apakah ia menggunakannya untuk popularitas melalui dance trend TikTok atau melalui pendidikan dan prestasi akademik maupun non-akademik yang ia miliki. Banyak hal positif yang yang didapatkan kaum remaja jika menggunakan TikTok ini sebagai media belajar audio visual yang ia cari. Namun, ada juga hal negatif yang timbul dari penggunaannya, yaitu kita bisa menjadi tertekan karena komentar yang dikirimkan oleh haters yang berada di mana saja, pergaulan bebas banyak terjadi, baik itu mabuk-mabukan, merokok vape, dan tindakan asusila, dan kesehatan fisik pun terganggu dikarenakan seringnya begadang hanya untuk menonton konten yang FYP di akun masing-masing.
Menjadi terkenal adalah impian bagi semua kalangan, terutama remaja. Sebagai generasi Z (Gen-Z), kita sudah seringkali melihat remaja yang viral ialah yang memiliki like, comment, dan share yang bernilai hampir ratusan juta. Dengan begitu, terdapat dorongan yang kuat dari remaja untuk membuat sebuah konten yang nantinya ia akan terkenal bila konsisten. Konten yang bisa ia buat ini bermacam-macam. Alasan remaja ingin terkenal ini beragam, contohnya yaitu keinginan untuk mengasah kreativitas, sarana untuk menunjukkan minat dan bakat yang dimiliki, menghubungkan akun kita kepada pengguna lainnya sehingga  bisa menjadi seorang teman, dan mendapatkan sebuah pengakuan dari lingkungan sosialnya (I. Permatasari & personal communication, 02 Januari 2025). Namun, ada juga remaja yang terkenal dikarenakan ia selalu membahas tentang personal branding yang ia miliki (M. D. Atallah, personal communication, 02 Januari 2025). Dalam hal ini, remaja dapat memanfaatkan TikTok dengan baik dan selain popularitasnya semakin meningkat, di aplikasi ini ia akan mendapatkan penghasilan dari konten video yang ia buat selaku selebgram, TikTokers, atau influencer.
Beberapa hal yang menjadikan TikTok sebagai aplikasi paling banyak penggunanya yaitu untuk melihat konten tentang keagamaan, edukasi, K-popers yang bisa melihat wajah anggota girlband atau boyband group melalui konten K-pop yang di-upload oleh entertainmentnya, tutorial memasak, dan vlog. Konten-konten yang ada dalam TikTok juga bisa dijadikan sebagai bahan atau media hiburan di kala kita merasa stres dan suntuk. (I. S. Oktavia & E. O. Widiastuti, personal communication, 02 Januari 2025). Hal tersebut menjadikan TikTok tidak hanya sebagai media untuk menampilkan diri kepada publik, tetapi juga dapat membuat kita menjadi sedikit merasa tenang dan bahagia dengan konten-konten yang seru dan menyenangkan yang ditampilkan dalam FYP TikTok ini. Beberapa contoh konten yang ditampilkan yaitu konten tentang kejenakaan,  jokes, core, dan lain sebagainya. Memang tidak ada manfaatnya kalau kita menontonnya dalam keadaan sedang sibuk melakukan sesuatu, namun dalam hal waktu kosong, konten ini bisa membuat kita menjadi ceria kembali dengan tertawa dikarenakan isi konten yang lucu dan membuat kita menjadi geli dan tidak bisa menahan untuk tidak tertawa. Dan di satu sisi lain, beberapa konten di TikTok dapat memberikan contoh yang baik dari publik figur yang kita tonton, seperti konten tolong-menolong dengan cara saling memberi kepada yang lebih membutuhkan, konten tersebut dapat memberikan hikmah kepada kita sebagai penontonnya yaitu dengan kita saling memberi, maka hidup akan selalu merasa tenteram, bahagia dan juga damai, dan juga orang yang kita beri sesuatu akan merasakan manfaat dalam penggunaan atau pengaplikasiannya. Selain itu, TikTok juga dapat memberikan edukasi dari ahlinya secara langsung, misalnya ketika konten tersebut membahas tentang kesehatan mental yang sangat penting dalam menjalani kehidupan saat ini yang dibahas oleh psikolog secara langsung melalui konten video yang ia miliki (Aisah, personal communication, 02 Januari 2025).
Namun, terdapat dampak positif dan negatif dari penggunaan TikTok yang seringkali tidak kita sadari. Dampak positif yang kita dapatkan jika penggunaan aplikasi ini baik yaitu dapat memberikan ilmu pengetahuan baru yang mungkin di sekolah/perkuliahan belum pernah kita pelajari (R. Maulana, personal communication, 03 Januari 2025), banyaknya konten yang membahas tentang menjaga kesehatan tubuh dan mental, bisa mengenal situasi dan pendapat dari orang lain melalui kolom komentar konten tersebut (M. N. Adawiyah, personal communication, 02 Januari 2025), dan juga bisa mendapatkan penghasilan lebih dari aplikasi ini (I. S. Oktavia, 02 Januari 2025). Tetapi, dengan adanya dampak positif yang didapatkan, pasti memiliki dampak negatif yang sepadan tanpa disadari dan membuat kita menjadi lupa dengan kehidupan nyata, seperti sebagai penontonnya yaitu kecanduan dan lupa waktu. Selain itu, bagi TikTokers yang sudah terkenal popularitasnya terdapat banyak sekali dampaknya, seperti banyaknya tuntutan kesempurnaan dalam membuat konten, banyaknya tekanan sosial yang ia dapatkan dari viewers dan followers, banyaknya video yang mengandung ke ranah dewasa (Aisah, personal communication, 02 Januari 2024), terganggunya kesehatan mental pada diri dikarenakan hujatan yang disampaikan haters, baik itu melalui kolom komentar, kirim pesan secara langsung, dan juga ada kemungkinan mengirimkan surat yang berisi ujaran kebencian ke alamat tempat ia tinggal/kerja. Terkadang, bahasa yang dilontarkan ini toxic sehingga dapat mengganggu kesehatan mental bagi pembuat konten dan merusak pembentukan karakter yang baik bagi pengomentarnya (Rahmasari dkk, 2022).
Hujatan yang diterima selebgram, influencer, maupun TikTokers ini banyak sekali hingga membuat penerima hujatan tersebut merasa harus selalu tampil sempurna sesuai dengan hujatan dan penilaian buruk yang ia terima agar bisa terus tampil di depan publik, menjadi sarana untuk merusak harga diri yang dimiliki TikTokers tersebut, peluang membebaskan pengikutnya untuk mengetahui kehidupan pribadinya, dan lain sebagainya. Hal ini membuat TikTokers merasa bahwa mereka merupakan figur yang buruk bagi penontonnya, maka dari itu mereka seringkali selalu mengikuti apa yang disampaikan penonton melalui komentar hujatan tersebut. Padahal, jiwa mereka seringkali rasanya ingin menjadi diri sendiri yang diinginkan, tetapi hal tersebut justru membuat mereka menjadi down dan berusaha menjadi sempurna sesuai dengan keinginan penonton. Dan adakalanya, komentar ini sering dijadikan ajang cyberbullying bagi TikTokers itu. Komentar negatif juga berpeluang adanya body shaming yang menjadikan TikTokers tersebut menjadi rendah diri (Dzaky, 2024).
Selain menjadi terkenal, kita sebagai remaja harus bisa menjadi diri sendiri yang diinginkan kita tanpa mengikuti apa yang orang lain katakan tentang diri kita. Menjadi diri sendiri tidaklah seburuk yang dipikirkan, tetapi karena penilaian dan hujatan yang diterima, membuat kita merasa hal ini menjadi buruk. Menjadi diri sendiri dan berproses dengan baik juga membuat kesehatan mental kita tetap normal dan meminimalisir terjadinya kecemasan yang berlebih dan depresi. Maka dari itu, kita sebagai generasi Z haruslah saling menghargai tanpa saling membenci, jika ingin menegur, bisa melalui pesan pribadi tanpa mengeluarkan kata-kata yang toxic, menilai orang tersebut dengan dua pandangan yang berbeda, jangan menjadi seorang fomo (Fear of Missing Out), carilah informasi tersebut dengan baik, dan jangan takut untuk selalu bertanya kepada lingkungan sekitar tentang informasi yang sedang “naik” saat itu jika memang tidak mengetahui awal mulanya. Dengan bertanya, menjadikan diri kita sebagai pribadi yang berani dan tidak pernah merasa takut.