Bagi Rano Purnomo, AKSI kali ini terasa sangat istimewa. Ia merasakan atmosfer pembelajaran yang mendalam sekaligus inspiratif, dengan materi-materi yang menajamkan visi kepemimpinan kepala sekolah.
Dalam sesi pertama, Prof. Djohan Yoga membuka wawasan para peserta dengan materi Growth Mindset --- sebuah konsep yang menekankan pentingnya pola pikir berkembang bagi seorang pemimpin pendidikan. Bahwa kepala sekolah tidak boleh berhenti belajar, tidak boleh takut gagal, dan harus selalu siap menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Kemudian, Prof. Michael membahas tentang Character Development atau pengembangan karakter sebagai pondasi utama pendidikan. Pendidikan sejati, katanya, tidak hanya mencetak anak-anak cerdas secara akademis, tetapi juga membentuk pribadi yang berintegritas, tangguh, dan berakhlak mulia.
Rano mengaku, materi ini mengingatkannya pada esensi sejati profesi pendidik --- bahwa kepemimpinan di sekolah sejatinya adalah tentang menuntun, bukan sekadar mengatur.
Menariknya lagi, hadir Assoc. Prof. Dr. Julia Zhao dari Tiongkok, yang memberikan paparan mengenai peluang scholarship dan kerja sama internasional di bidang pendidikan. Hal ini membuka cakrawala baru bagi para kepala sekolah, khususnya bagi mereka yang ingin memperluas jaringan kerja sama luar negeri dan memberikan pengalaman belajar global bagi peserta didiknya.
Dalam sesi refleksi yang dipimpin oleh Bapak Yaya Sutarya, Kepala Subdirektorat Peningkatan Kapasitas, Perlindungan, dan Pengendalian dari Direktorat KSPSTK, disampaikan kabar yang membuat banyak peserta bersemangat bahwa akan segera dibuka seleksi Kepala Sekolah Luar Negeri (SILN) baru dalam waktu dekat.
"Siap-siap ya, man teman," tulis Rano dengan semangat. "Ini kesempatan bagi para kepala sekolah yang ingin berproses dan berjuang memberikan layanan pendidikan terbaik bagi anak-anak Indonesia di luar negeri."
Kabar ini tentu menjadi motivasi besar bagi para kepala sekolah yang memiliki semangat pengabdian lintas batas. Menjadi kepala sekolah di luar negeri bukan hanya soal prestise, tetapi tentang dedikasi, ketulusan, dan semangat mengabdi demi anak-anak Indonesia yang tumbuh di berbagai belahan dunia.
Selain mengikuti rangkaian kegiatan AKSI, Rano berencana memanfaatkan waktunya selama di Indonesia dengan positif. Salah satunya adalah menjalin jejaring dengan insan pendidikan di Mojokerto Raya dalam kegiatan literasi bersama. Ia percaya bahwa literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga gerakan membangun peradaban.