Kidung Agung, Ibrani , syir hassyirim. Dari , syir, syair, puisi, lagu, kidung; hassyirim, syair dari syair-syair.
Kidung Agung adalah kumpulan puisi-puisi cinta dan kasih sayang. Puisi cinta dua orang yang saling mencintai, memuji, berbalasan, dan penuh hasrat untuk memadu asmara serta kemesraan.
Kidung Agung sebagai puisi cinta yang universal dan terbuka untuk berbagai interpretasi sangat menarik dan relevan. Puisi cinta yang umum, universal, dan tak hanya tertuju untuk umat Allah pada masa itu. Sehingga, pembaca atau pendengar, Kidung Agung bebas memaknai, pahami, aplikasikan sesuai kecerdasannya, kebutuhan, dan sikon dirinya. Kebebasan pembaca atau pendengar untuk memaknai Kidung Agung sesuai dengan konteks dan pengalaman pribadi mereka. Ini adalah pendekatan yang sangat bijaksana, mengingat kompleksitas dan kedalaman makna yang terkandung dalam teks ini.
Meskipun Kidung Agung sering dikaitkan dengan konteks , namun puisi-puisinya dapat dinikmati dan dipahami tanpa harus memiliki latar belakang keagamaan tertentu.
Pesan utamanya tentang cinta dan keindahan hubungan manusia bersifat lintas agama dan budaya. Jelas bahwa Kidung Agung sebagai Puisi Cinta Universal. Bahkan, Kidung Agung bukanlah teks yang kaku dan hanya memiliki satu interpretasi.
Sebagai kumpulan puisi cinta yang berbicara pada hati manusia dari berbagai zaman dan budaya. Pesan universal tentang cinta, kasih sayang, dan keindahan hubungan antarmanusia menjadikannya relevan bagi siapa saja.
Kidung Agung adalah karya sastra yang kaya akan makna dan keindahan. Melalui analisis yang mendalam, dapat menemukan berbagai lapisan makna yang tersembunyi di balik kata-kata yang indah. Puisi cinta ini terus relevan hingga saat ini dan akan terus menginspirasi generasi mendatang.
Simbolisme dalam Kidung Agung
Alam. Alam digunakan sebagai simbol dalam Kidung Agung untuk menggambarkan keindahan cinta dan kasih sayang
Tubuh Manusia. Bagian-bagian tubuh manusia, secara gamblang, digunakan sebagai metafora untuk mengungkapkan perasaan cinta dan hasrat.