Pegiat Literasi Publik, Pro Life Indonesia, Digital Journalism, Pengelola Jakarta News dan Ruang Biblika Kompasiana

Kepemimpinan di Internal Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Kemlu sangat membutuhkan kepemimpinan yang fokus. Kemlu sebagai mobil "Ferrari" yang penuh talenta, namun membutuhkan pengemudi yang piawai [00:57].
Banyak KBRI yang tidak mendapat arahan strategis, anggaran dipotong drastis, dan terjadi demoralisasi di kalangan diplomat karena kurangnya respons dari pimpinan [01:24].
Seharusnya Menlu Sugiono meluangkan waktu banyak (ideal lebih dari 50%) untuk memimpin Kemlu secara langsung agar tidak menjadi institusi yang medioker [00:37].
Komunikasi Publik Politik Luar Negeri; Prinsip "Foreign policy begins at home". Kebijakan luar negeri harus dipahami dan didukung oleh rakyat di dalam negeri [02:46].
Menlu Sugiono "silent minister" karena jarang memberikan pidato kebijakan (policy speech) atau wawancara substantif dengan media [03:14].
Komunikasi dominan hanya melalui Instagram dinilai kurang memiliki "suara" dan substansi untuk publik [03:49].
Menlu perlu lebih vokal dan persuasif untuk membangun wibawa dan kredibilitas diplomasi Indonesia [05:42].
Keterlibatan dengan Pemangku Kepentingan (Stakeholders)
Menlu diharapkan lebih inklusif dan terbuka terhadap berbagai organisasi masyarakat (ormas) dan komunitas hubungan internasional.
Menlu sulit diakses (inaccessible) dan tidak responsif terhadap undangan dialog atau pertemuan, bahkan untuk acara besar seperti Conference on Indonesian Foreign Policy [04:07].
Membangun kepercayaan (trust) dan dukungan dari para pemangku kepentingan adalah hal yang harus diupayakan secara aktif, bukan terjadi secara otomatis [06:43].
Semangat Gotong Royong dan Kerja Sama Akar Rumput, Menlu tidak "memunggungi rakyat" meskipun tugas utamanya adalah membantu Presiden [07:14].
Diplomasi sukses adalah hasil gotong royong antara pemerintah dan masyarakat (akar rumput). Jangan sampai ada kontradiksi; di forum internasional menyerukan kerja sama, namun di dalam negeri sulit diajak bekerja sama [07:33].
Orasi ini merupakan bentuk "pesan cinta dan dukungan" agar Menlu Sugiono sukses menjalankan tugasnya. Jika perubahan kepemimpinan dan komunikasi ini tidak dilakukan, diplomasi Indonesia berisiko merosot dan Kemlu akan kehilangan kewibawaannya di masa depan [09:03].
(Opa Jappy | Independen Research Academia Edu)