Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Penulis

Mantan jurnalis; videografer Media Asing New Tang Dinasty Television (NTDTV). Blogger lifestyle, suka menulis isu lingkungan, seni budaya, traveling, kuliner dan fiksi. Kompasiana Next Top Content Creator 2024 || Peraih Brst in Fiction Kompasiana 2014. Tinggal di Bogor. IG @rachmatpy Tiktok @rachmat_py

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Jelajah Kuliner, Storynomic Kawasan Historis Gondangdia & Cikini, Jakarta

28 Juli 2024   21:11 Diperbarui: 30 Juli 2024   23:08 1222 19 8

Jelajah Kuliner Gondangdia dan Cikini. Foto Wisata Kreatif Jakarta (WKJ). Edit  Penulis.
Jelajah Kuliner Gondangdia dan Cikini. Foto Wisata Kreatif Jakarta (WKJ). Edit  Penulis.

Kawasan historis Gondangdia -- Cikini, Jakarta Pusat menyimpan kekayaan khasanah kuliner legendaris. Di antaranya lahir pada zaman pendudukan Belanda.

Saya menyusuri kawasan historis Gondangdia -  Cikini, bareng 50an peserta jellajah kuliner, pada Sabtu 27 Juli 2024. Tepatnya saat mengikuti ajang Jelajah Kuliner bareng Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka(, Country Choice dan Wisata Kreatif Jakarta (WKJ).

Jelajah mengeksplor 4 kuliner legendaris yang sudah eksis puluhan tahun.

Ceritanya ada dalam video youtube di atas. Tonton ya, karena saya rasa berguna buat teman-teman yang bingung spot wisata  kuliner lejen, atau ingin tahu rute walking tour kawasan historis Cikini - Gondangdia. Khususnya bagi teman-teman domisili luar Jakarta. Lokasinya gak jauh dari akses Commuterline Jaboetabek. Jadi sangat mudah dijangkau.

Start mulai dari Museum Joeang 45 kaawasan Menteng, Jakarta Pusat. Sejarah museum, dulunya adalah hotel mewah bernama Hotel Shcromper tempat para elit zaman kolonial Belanda menginap.

Lokasi ini memang cocok banget untuk area titik kumpul. Ikonik dan luas, nampung banyak orang.

Setiaknya rombongan melewati soto legenaris Cut Meutia yang    berdiri sejak tahun 1970  bernama Soto Semesta. Perubahan nama, konon inspirasi dari seorang Menteri yang menyebutnya Soto Cut Meutia.

Lewati juga Tugu Kunstring dan Masjid ikonik Cut Meutia.

Bersebelahan dengan Pasar Gondangdia, seberang stasiun  ada toko roti lejen, Toko Roti Lauw. Tokonya sederhana, gak terlalu gede. Didirikan oleh Lau Tjoan To pada tahun 1940.

Memproduksi roti jadul beraneka ragam varian dengan kemasan sederhana. Mulai roti varian kelapa, srikaya, coklat, keju, nanas, gambang dan lain-lain. Kerennya lagi produk roti tidak menggunakan bahan pengawet.

Lanjut area pojok kanan Pasar Gondangdia, ada Toko Jamu Warisan. Ketemu Bu Rini, beliau generasi kedua yang mewarisi keahlian meracik jamu dari ibunya yang bernama Bu Ayu.

Bu Ayu mendirikan toko Jamu Warisan pada tahun 1960.

Jamu racikan bu Rini, banyak ragam jamu atau rimpang seperti beras kencur, kunir asem, dan banyak lagi.  Presiden Jokowi pernah minum jamu racikan Bu Rini.


Gak jauh dari Pasar Gondangdia, ada sebuah toko yang terlihat jadul yakni  Toko Kopi Bubuk Luwak yang legendaris. Berdiri sejak tahun 1930.

Ketemu dengan penerus generasi keempat yakni Xu Yilun atau Lunardi. Suka dipanggil Babah Lun. Toko ini menjual kopi bubuk. Aneka biji kopinya  ada robusta dan arabika.

Kalau beli kopi bubuk, langsung bisa melihat proses penggilingannya. Pakai mesin giling kopi dengan diesel.  

Lanjut jalan Cikini menuju Hotel Cikini tempat es legenaris, Es Krim Tjanang.

Melewati banyak lokasi historis seperti gedung kantor pos besar, Bakoel Kofie, rumah

kediaman Ahmad Soebarjo Menlu pertama RI, Taman Ismail Marzuki dan lain-lain.

Es Krim Tjanang diluncurkan kali pertama tahun 1951  oleh Lie Sim Fie. Awalnya bernama toko Tjan Nyan. Dulu jadi favorit Presiden Soekarno dan Soeharto. Sering dijadikan suguhan untuk tamu negara.

Bagusnya es krim ini, dibuat dari bahan-bahan alami tanpa pengawet.  

Nah untuk melihat keseruan jelajah kulinernya silakan tonton videonya ya. Terima kasih.

Salam kuliner.

IG @rachmatpy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3