Mantan jurnalis; videografer Media Asing New Tang Dinasty Television (NTDTV). Blogger lifestyle, suka menulis isu lingkungan, seni budaya, traveling, kuliner dan fiksi. Kompasiana Next Top Content Creator 2024 || Peraih Brst in Fiction Kompasiana 2014. Tinggal di Bogor. IG @rachmatpy Tiktok @rachmat_py
Untuk lebih jelasnya, kami dipandu Pak Boy yang berusia 74 tahun itu, walking tour mengunjungi beberapa lokasi bangunan historis.
Pertama mampir ke bangunan bekas rumah sakit era kolonial bernama RS Harapan Depok. Dulunya masuk dalam lahan perkebunan Depok pada zaman kolonial milik Cornelis Chastelein.
Historis RS Harapan itu, tertulis di prasasti depan monumen. Dulu merupakan Kantoor van Het Gemeente Bestuur van depok atau dewan Kota Praja Depok yang dibangun tahun 1880.
Pernah difungsikan sebagai tangsi polisi. Lalu digunakan sebagai balai pengobatan yang dikelola Yayasan Kesehatan Kristen Pelayanan Kaum Awam.
Pada 11 Juni 1967 berubah jadi RS Harapan Pelkris atau Pelayanan Kesehatan Kristen. Tahun 1990 didirikan Yayasan Kesehatan Harapan Depok yang dikelola RS Harapan Depok.
Namun sekarang sudah tidak berfungsi. Kondisi bangunan terbengkalai.
Di halamannya ada Tugu atau monumen peringatan 200 tahun wafatnya Cornelis Chastelein. Monumen didirikan pada 28 Juni 1914.
Selanjutnya setiap 28 Juni diperingati oleh Kaoem Depok sebagai C. Chastelein dag atau Hari Chastelein. Disebut juga sebagai Depok dag atau Hari Depok. Sekarang oleh Kaoem depok dirayakan sebagai hari Kaoem Depok.
Nah terkait Cornelis Chastelein, dialah yang memiliki 150 budak yang menjadi basis penduduk Het Land Depok.
Dia membangun pemukiman untuk para budaknya di kawasan Het Land Depok atau Depok Lama. Rumah-rumah dari kayu dan bambu dibangun dan ditinggali 150 para budaknya dari kawasan Indonesia Timur. Para budak dibeli di pasar budak di Bali dalam kurun waktu tahun 1693-1697.
Budak-budak itu dipekerjakan membuka lahan persawahan dan perkebunan kopi, lada, karet guna keperluan ekspor.