Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.
Perjalanan Lancar Sesuai Prediksi, Yogya Aku Datang
Turun dari kapal klotok setelah menempuh perjalanan dua puluh menit, kami ganti naik ojek menuju lokasi untuk pesan mobil secara daring.
Naik ojek dari pelabuhan Kampung Baru Tengah, Balikpapan dengan ongkos Rp 10.000. Setelah turun dari ojek, saya segera memesan mobil secara daring. Tujuan bandara SAMS Sepinggan, Balikpapan.
Hanya beberapa menit kami menunggu, mobil sudah datang. Saya membayar pakai GoPay, memanfaatkan K-Rewards dari Kompasiana.
Namun, saya tetap perlu bayar dengan uang kontan untuk biaya parkir di bandara (padahal biasanya mobil tidak parkir, hanya memutar, setelah menurunkan penumpang, langsung keluar bandara lagi)
"Berapa?" tanya saya.
"Delapan ribu!"
Untung saya bawa uang pecahan kertas. Dengan demikian, tidak perlu menunggu uang kembalikan diberikan.
Saya dan istri tercinta bergegas menuju tempat mencetak tiket, kemudian berpindah ke tempat pembungkusan tas (wrapping). Biaya membungkus satu tas atau koper Rp 75.000 (tujuh puluh lima ribu rupaih). Pembayaran secara nontunai. Untung masih ada saldo di ATM saya.
Setelah tiket pesawat saya cetak, segera saya menuju pintu masuk ke ruang tunggu penumpang. Istri tercinta mengikuti dari belakang. Sengaja saya melangkah denagn cepat. Ada sesuatu yang mendesak untuk dikerjakan yaitu ke toilet!.
Di Ruang Tunggu Gate 3 Bandara Sepinggan
Waktu menunggu tidak lama. Hanya beberapa menit kami sudah diminta naik ke pesawat. Waktu tempuh dari Balikpapan ke Yogyakarta hampir dua jam. Di atas pesawat kami sempat menikmati makan yang disediakan pihak maskapai. Sekali-sekali jajan di "warung" udara.
Berhubung siang hari, perlu makan nasi. Untuk itu, kami memesan nasi yang ditawarkan. Ada empat macam nasi yang tertera dalam pilihan. Ada nasi liwet, nasi kuning, nasi rendang dan nasi goreng.
Istri tercinta ingin pesan nasi liwet. Saya pun ikut pesan nasi yang sama. Tidak lama setelah kami memesan, sang "pelayan" yang merangkap pramugari. Eh, terlabik, ya. Sang pramugari yang merangkap "pelayan warung udara" datang dengan membawa dua kotak nasi yang berbeda.
"Ini nasi liwet tinggal satu. Yang satu saya bawakan nasi rendang!"
"Ya, sudah jawab saya!"
Perut saya tidak menolak diisi makanan halal jenis apa pun (insya Allah). Apalagi dalam keadaan sedang kosong. Untung, kondisi nasi masih hangat sehingga kami dapat menikmati dengan nikmat. Lauk dan sayur g0ri yang ada dalam tempat makan saya cukup lezat. Dalam sekejap, saya sanggup menghabiskan nasi "mewah" tersebut.
Selesai makan, saya ingin minuman hangat pula. Sang "pelayan" pun saya panggil dan langsung saya infokan bahwa saya ingin minuman kopi.
"hitam atau putih?"
Sebenarnya agak tersinggung kalau ditanya hitam atau putih karena kulit saya memang hitam, he..he..he tetapi "sang pelayan" menanyakan jenis kopi yang saya pesan apakah kopi hitam atau kopi putih. Dengan cepat saya menjawab dengan tanpa rasa tersinggung.
"Hitam!"
Tidak lama kemudian, secangkir kopi hitam diantarkan. Langsung diminta uang kontan untuk pembayaran. Karena saya sudah membaca tarif harganya, dua lembar uang kertas saya siapkan untuk membayar.
"LIma belas ribu!" ucap sang pelayan eh, pramugari.
Turun dari Pesawat Menuju Tempat Ambil Barang (Bagasi)
Saat turun dari pesawat menuju tempat pengambilan barang atau bagasi, saya sempat merekam perjalanan itu. Istri saya yang berjalan di samping kiri saya rekam langkah demi langkahnya. Silakan menyaksikan video yang disertakan dalam tulisan ini.
Ditulis di atas mobil dari bandara YIA menuju Klaten, 14 Juni 2024