Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Sarapan Ibu-Ibu PKK Bersama Keluarga Trah Sastro Martoyo di Rumah Ibunda Klaten

29 Juni 2024   16:37 Diperbarui: 29 Juni 2024   17:21 523 7 6

Sarapan Ibu-Ibu PKK Bersama Keluarga Trah Sastro Martoyo di Rumah Ibunda Klaten

Acara sarapan dapat dilakukan secara berjamaah. Pukul berapa acara sarapan yang pantas tentu disesuaikan dengan kebiasaan masing-masing orang. Ada yang pagi-pagi sebelum berangkat kerja. Ada yang dilakukan sekitar pukul sembilan pagi, di antara waktu bekerja. Bahkan ada yang "sulit" sarapan sehingga tidak melakukan seremoni sarapan.

Sarapan bersama (dokpri)
Sarapan bersama (dokpri)

Undangan sarapan dengan bahasa Jawa (dokpri)
Undangan sarapan dengan bahasa Jawa (dokpri)
Padahal, menurut ahli gizi sarapan sangat penting. Orang yang akan melakukan aktivitas sepanjang hari perlu mengisi "bensin" terlebih dahulu agar dapat melakukan kegiatan dengan lancar.

Di sekolah-sekolah, acara sarapan bersama sudah lazim dilakukan. Pada hari tertentu, misalnya hari Jumat, pihak sekolah mengimbau kepada peserta didik untuk membawa makanan ke sekolah sesuai selera masing-masing. Ada yang membawa nasi bungkus beli dari warung. Ada yang bawa makanan olahan orang tua di rumah. 

Sarapan Bersama Keluarga Trah Sastro Martoyo

Pada hari Sabtu (29/6/2024) diadakan acara sarapan bersama di rumah ibunda di Dukuh Ketinggen, Desa Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Acara itu didukung oleh anak-anak Sastro Martoyo. Mulai anak kedua hingga anak bungsu ikut berpartisipasi dalam persiapan acara tersebut. (Catatan: anak pertama, Suminten sudah meninggal dunia).

Sejak hari Rabu (26/6/2024) persiapan sudah dimulai. Ibu-ibu PKK RW 10 Dukuh Ketinggen diperkirakan berjumlah seratus orang. Untuk menyajikan hidangan bagi seratusan orang diperlukan persiapan yang matang. Usul demi usul dari anggota Keluarga Trah Sastro Martoyo sering bermunculan. Usul yang positif segera dieksekusi.

Semua memiliki peran masing-masing. Ada keponakan yang mengurusi pengeras suara (sound system). Ada adik yang mengurusi kudapan (snack). Istri tercinta bagian masak-memasak (makanan berat).

Sejak hari Kamis (27/6/2024) istri tercinta sudah asyik di dapur ibunda Sastro Martoyo. Untuk menyiapkan makan besar jenis tertentu diperlukan bahan-bahan yang dapat disiapkan beberapa hari sebelum Hari-H.

Hari Sabtu (29/6/2024) pun tiba. Sejak sebelum subuh kesibukan sudah mulai terlihat di dapur rumah ibunda Sastro Martoyo. Tetangga yang tidak sibuk, sudah datang untuk membantu persiapan setelah salat subuh. 

Saya bergegas mandi agar tidak keburu dikerumuni ibu-ibu, terutama keluarga trah Sastro Martoyo yang akan datang dan langsung ke dapur. Untuk menuju kamar mandi saya harus melewati dapur. Tidak ada jalan lain. 

Adik Karsidi datang untuk mengurusi bagian tempat pelaksanaan acara, yaitu di ruang tamu dan teras rumah yang tidak terlalu lebar. Tempat duduk dan meja yang berada di ruang tamu perlu dipindahkan. Ruang tamu akan digunakan untuk tempat duduk lesehan. Tikar plastik sudah siap untuk digelar (dibentangkan). 

Dokpri
Dokpri
Para tamu yang merupakan tetangga ibunda datang secara berkelompok. Sebagian ada yang membawa putra dan putrinya. Sebagian datang bersama tetangga terdekat mereka.

Dokpri
Dokpri
Tidak lama berselang, ustazah yang akan memberikan "sarapan rohani" tiba diantarkan suami tercinta dengan mengendarai sepeda motor. Setelah memarkir sepeda motornya, ustazah disambut oleh adik Tarti dengan cipika-cipiki disaksikan oleh suami ustazah dan dua adik saya yang mengenakan seragam batik.

Adik Tarti, Ustazah, suami ustazah (dokpri)
Adik Tarti, Ustazah, suami ustazah (dokpri)
Sebelum mulai menyampaikan tauziah, ustazah beristirahat sebentar di ruang tanpa dinding di rumah ibunda tercinta. Adik Tarti menemani duduk-duduk sebentar. Ustazah masih didampingi sang suami.

Adik Tarti menemani ustazah berjalan (dokpri) 
Adik Tarti menemani ustazah berjalan (dokpri) 
Setelah beberapa menit beristirahat, ustazah pun dipersilakan menuju teras rumah ibunda. Adik Tarti mendampingi ustazah berjalan menuju tempat para ibu PKK berkumpul. 

Dokpri
Dokpri
Keluarga Trah Sastro Martoyo berada di teras depan rumah untuk menyambut kedatangan para tamu termasuk ustazah yang mengisi "sarapan pagi". Sebagian tamu yang tidak bersedia duduk lesehan diberi tempat duduk di samping anggota Keluarga Trah Sastro Martoyo.

Dokpri
Dokpri
Tamu yang sudah datang lebih dahulu memilih tempat duduk pada sisi tepi dekat dinding di ruang tamu. Mereka mengenakan pakaian berwarna-warni yang menarik. Apalagi ada anak-anak yang diajak ikut serta. Hal itu menambah semarak suasana.

Dokpri
Dokpri
Anak-anak sudah diperkenalkan dengan aktivitas positif orang tua (ibu)-nya sehingga akan tertanam dalam pikirannya bahwa berkunjung ke rumah tetangga itu menyenangkan. Acara yang tercantum dalam undangan adalah sarapan bersama. Dengan demikian, tidak ada kekhususan tertentu.

Hal itu disampaikan oleh Karsidi (Jaya) yang mewakili Keluarga Trah Sastro Martoyo. Bagaimana isi selengkapnya sambutan yang disampaikan oleh Karsidi, silakan menyimak video berikut.

Mengingat para tamu mayoritas etnis Jawa, sambutan disampaikan dalam bahasa Jawa. Meskipun saya, Suprihadi (kakak Karsidi) sudah lama bermukim di Kalimantan, kalimat-kalimat yang disampaikan Karsidi masih dapat saya pahami.

Pada intinya, Ibu Sastro Martoyo ingin bersilaturahim dengan tetangga (ibu-ibu PKK) dalam lingkungan satu RW (satu pedukuhan, yaitu Dukuh Ketinggen). Sambil bersilaturahim diadakan acara sarapan bersama. Begitu inti sambutan yang disampaikan oleh adik Karsidi.

Sebelum sambutan oleh wakil anggota Keluarga Trah Sastro Martoyo itu, dilantunkan ayat-ayat suci Al-Quran yang disampaikan oleh Sarwini (istri Winarso), menantu Sastro Martoyo.

Para tamu cukup khusyuk mendengarkan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran tersebut.  Mereka tentu memahami bahwa mendengarkan pembacaan ayat-ayat suci saja itu berpahala. Hanya mendengarkan, bukan membaca. Tentu saja pahala yang membaca lebih baik (lebih banyak) daripada yang mendengarkan. Demikian pernah disampaikan seorang ustaz.

Pada bagian awal tulisan ini ditampilkan video suasana persiapan hidangan di dapur hingga suasana di teras saat penyambutan tamu yang datang. Selamat menyaksikan.***

Ditulis di rumah ibunda di Klaten, 29 Juni 2024 

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3