Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Penumpang Pesawat Terakhir yang Menunggu Barang Bagasi: Harap-Harap Cemas

21 Agustus 2025   09:15 Diperbarui: 21 Agustus 2025   17:30 157 11 7

Penumpang Pesawat Terakhir yang Menunggu Barang Bagasi: Harap-Harap Cemas


Pernahkah Anda mengalami situasi yang "mencekam"? Suasana sudah sepi di tempat pengambilan barang bagasi. Penumpang lain sudah tidak ada. Mereka sudah meninggalkan ruang tempat pengambilan barang. Tidak ada orang lain.

Kejadian ini saya alami pada hari Kamis (6/8/25) dalam perjalanan dari Balikpapan menuju Yogyakarta. Jadwal berangkat dari Balikpapan sudah terlambat. Sekitar setengah jam pesawat terlambat terbang.

Barang bagasi aman (dokpri)
Barang bagasi aman (dokpri)

Untunglah, perjalanan di udara berjalan lancar. Pada pukul 14.08 WIB pesawat yang kami tumpangi sudah mendarat di bandara YIA, Kulon Progo.

Pada siang hari itu, saya dan beberapa penumpang bergegas menuju musala begitu turun dari pesawat. Lorong panjang harus kami lewati. Waktu itu penumpang yang turun dari pesawat hanya rombongan dari pesawat kami. Tidak ada pesawat lain yang landing. Saya benar-benar merasakan suasana yang lengang.

Sepanjang lorong hanya rombongan dari pesawat kami yang melintas. Sebagian besar langsung menuju ke lantai bawah untuk mengambil bagasi. Jumlah penumpang dalam satu pesawat kisaran seratusan orang.

Jumlah orang seratusan tentu sangat minim untuk bandara YIA yang cukup besar. Hanya sebagian kecil penumpang yang singgah di tolilet atau ke musala.

Saya dan istri tercinta bersepakat untuk singgah ke musala. Sebelum ke musala, istri tercinta memilih ke toilet lebih dahulu. Sementara itu, saya mengikuti kelompok yang langsung ke musala.

Salat zuhur di musala bandara YIA (dokpri)
Salat zuhur di musala bandara YIA (dokpri)
Sebagian orang salat sendirian. Sebagian yang lain salat berjamaah. Ruang musala cukup longgar. Umumnya para penumpang tersebut salat dalam tempo yang singkat. 

Setelah meninggalkan musala, saya singgah lebih dahulu ke toilet. Tidak banyak orang yang berada di toilet. Penumpang telah terbagi. Ada yang langsung ke ruang tempat ambil bagasi, ada yang masih di musala. Ada pula yang ke toilet.

Keluar dari toilet saya merasa sendirian. Tidak ada orang lain saya lihat. Dengan sedikit rasa was-was, saya bergegas ke lantai bawah, menuju tempat pengambilan barang. Saya kurang tahu, apakah istri tercinta sudah turun ke lantai bawah atau masih berada di musala.

Saya perlu mengambil bagasi segera. Saya khawatir barang bawaan kami terbawa orang lain. Saya tidak ingin kejadian beberapa bulan yang lalu terulang lagi.

Suasana di bawah tidak ramai. Tidak terlihat orang yang antre menunggu barang bagasi. Saya pun merasa was-was. Apakah masih ada barang yang "berkeliling" yang dikeluarkan dari badan pesawat.

Dari kejauhan tampak barang yang bergerak mengikuti mesin pemutar. Hati saya merasa lega. Barang itu pasti milik saya karena sudah tidak ada penumpang lain yang menunggu di sekitar sana.

Setelah barang saya angkat dan saya naikkan ke atas troli, istri saya muncul. Rupanya ia masih tertinggal di belakang. Alhamdulillah. Kami pun segera meninggalkan ruang tempat ambil barang bagasi.

Sempat berswafoto untuk kenangan (dokpri)
Sempat berswafoto untuk kenangan (dokpri)

Perasaan tegang sudah berlalu. Rasa "takut" berada di lorong bandara yang sunyi telah sirna. Rasa khawatir barang bagasi terbawa penumpang lain sudah hilang. Kami pun segera ingin keluar dari suasana yang sunyi.

Ditulis di Klaten, 21 Agustus 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2