Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.
Lima tiket saya beli dengan total Rp 100.000 (seratus ribu rupiah). Saat saya akan membayar menggunakan QRIS, ada kendala. Petugas pun mengatakan bahwa bisa membayar kontan.
Tanpa pikir panjang, saya segera menyerahkan satu lembar uang kertas berwarna merah. Lima tiket berperekat pun segera saya terima dansegera saya bagikan kepada adik Tarti, dua keponakan, dan sang sopir mobil yang kami sewa.
Nomor kursi yang tertera dalam tiket mulai 53, 54, 55, 56, dan 57. Saya memilih tiket dengan nomor 54. Kemudian adik Tarti saya beri tiket dengan nomor 53. Andi, suami Tika, saya beri tiket nomor 55. Kemudian, Yusuf bin Winarso, keponakan, saya beri tiket nomor 56. Terakhir, Mas Deni, sopir mobil, saya beri tiket nomor 57.
Angka depan pada nomor tiket tertera angka lima. Itu berarti kami akan menduduki kursi baris ketiga dari depan panggung pertunjukan. Satu baris kursi terdiri atas dua puluh kursi.
Pada sisi bagian tiket ada tertera harga tiket untuk wisatawan domestik, yaitu Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah). Jika wisatawan asing harga tiket Rp 50.000 (lima lupuh ribu rupiah). Model tiket masuk pertunjukan wayang orang tidak jauh berbeda dengan tiket masuk objek wisata di Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan objek wisata lain yang pernah saya kunjungi.
Pada pukul 19.30 WIB pintu masuk ke gedung pertunjukan dibuka oleh petugas. Para penonton yang sudah membeli tiket segera antre untuk memasuki gedung.
Ada petugas di dalam gedung yang mengarahkan penonton untuk duduk pada kursi sesuai angka atau nomor yang tertera pada tiket. Angka atau nomor kursi tertera pada bagian belakang kursi (bagian sandaran).
Setelah kami duduk, waktu telah menunjukkan pukul 19.40 WIB. Saat itulah mulai terdengar suara musik gamelan. Para pemukul (penabuh) gamelan tampak cukup mencolok karena memakai seragam berwarna merah (penabuh gamelan pria).
Untuk pesinden (penyanyi) memakai pakaian kebaya. Para penabuh gamelan dan pesinden berada pada bagian depan panggung pertunjukan. Posisi mereka lebih rendah daripada tinggi panggung.