Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Video

Klenengan Diperdengarkan sebelum Pertunjukan Wayang Orang Sriwedari Dimulai

3 September 2025   09:29 Diperbarui: 3 September 2025   09:29 238 3 2

Klenengan Diperdengarkan sebelum Pertunjukan Wayang Orang Sriwedari Dimulai


Pertunjukan kesenian wayang orang (WO) diadakan setiap hari Senin hingga Sabtu di Gedung Sriwedari, Solo. Pertunjukan dimulai pukul 19.30 WIB hingga selesai (sekitar pukul 22.00 WIB). Sebelum pertunjukan dimulai, diperdengarkan musik gamelan disertai tembang (lagu). Istilah yang sering digunakan adalah klenengan.  

Panggung tempat pertunjukan WO (dokpri)
Panggung tempat pertunjukan WO (dokpri)

Pada layar sebelah kiri panggung pertunjukan, ada deskripsi terkait nama lagu (gending) yang sedang diperdengarkan secara live tersebut. Ada lima deskripsi yang dituliskan dalam layar tersebut, yaitu Bondhet Mataram, Ketawang Subakastawa, Lanc. Semarang Endah, Lanc. Simpang Lima, Laras Pelog Pathet Nem.

Deskripsi klenengan yang diperdengarkan (dokpri)
Deskripsi klenengan yang diperdengarkan (dokpri)

Penonton mulai banyak mengisi kursi-kursi memakai nomor. Penonton yang mendapatkan tiket kursi bernomor adalah penonton yang sebelumnya sudah memesan tempat (reservasi) melalui pesan WA (WhatsApp). Penonton juga bisa datang langsung tanpa reservasi. Risikonya, tidak medapatkan kursi dengan nomor.

Kursi yang diberi nomor adalah kursi penonton pada deretan depan, dekat panggung pertunjukan. Untuk penonton yang tidak melakukan reservasi dipersilakan mencari tempat duduk di belakang kursi yang ada nomornya.

Datang Lebih Awal 

Untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang di Solo, kami berangkat lebih awal. Pada pukul lima sore kami sudah bertolak dari rumah ibunda di Dukuh Ketinggen, Desa Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Berlima naik mobil sewa (dokpri)
Berlima naik mobil sewa (dokpri)

Perjalanan dengan mobil sewa ditempuh dalam waktu sekitar enam puluh menit. Kami berlima, termasuk sopir. Padahal, saya pesan tempat (reservasi) tujuh tiket. Rencana memang kami akan berangkat dengan tujuh orang. Namun, beberapa orang yang sebelumnya siap berangkat, ternyata ada rapat dinas mendadak.

Tiba di kawasan Sriwedari, kami langsung menuju tempat ibadah yang berlokasi di belakang Gedung pertunjukan wayang orang tersebut. Kondisi tidak begitu ramai.

Para jamaah sudah keluar dari musala. Kami baru datang. Itu berarti kami sudah terlambat mengikuti salat berjamaah. Musala itu minimalis. Namun, kami dapat melaksanakan kewajiban dengan nyaman.

Selesai menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah, kami segera menuju tempat parkir kendaraan. Sang sopir mobil yang kami sewa memilih lokasi parkir di depan Gedung Sriwedari sebelah kiri. 

Mengingat waktu pertunjukan masih agak lama, kami berkesempatan untuk bersantai sejenak di bawah pohon beringin dekat lapak-lapak pedagang makanan dan minuman. 

bersantai menunggu waktu pertunjukan WO dimulai (dokpri)
bersantai menunggu waktu pertunjukan WO dimulai (dokpri)

Dari rumah ibunda di Klaten, adik Tarti sudah menyiapkan bekal makan malam. Saya segera membuka pembungkus bekal tersebut. Selain makanan, ada teh manis dibawa juga.

Saya menikmati makanan dengan lahap. Perjalanan dari Klaten menuju Solo memang agak sedikit menegangkan. Saat itu, hari Jumat (29/8/25) ada demonstrasi di Kota Solo. Sepanjang perjalanan dari Klaten ke Solo, kami banyak membahas aksi unjuk rasa di beberapa daerah di Indonesia.

Setelah beberapa saat berada di bawah pohon beringin, saya segera menuju loket tempat pembelian tiket masuk pertunjukan wayang orang. Pada saat saya menuju sisi kiri pintu masuk, petugas di sana mengatakan bahwa loket sudah berpindah pada sisi kanan pintu masuk.

Saya pun kaget. Tidak menyangka kalau loket sudah berpindah tempat. Bahkan, loket sudah buka. Biasanya, loket buka mendekati pukul 19.30 WIB. Saat itu waktu belum menunjukkan pukul 19.00 WIB. 

Kepada petugas loket saya mengatakan bahwa sudah melakukan reservasi. Petugas itu pun segera menuliskan angka nomor kursi pada tiket dengan spidol berwarna hitam. 

Lima tiket saya beli dengan total Rp 100.000 (seratus ribu rupiah). Saat saya akan membayar menggunakan QRIS, ada kendala. Petugas pun mengatakan bahwa bisa membayar kontan.

Tanpa pikir panjang, saya segera menyerahkan satu lembar uang kertas berwarna merah. Lima tiket berperekat pun segera saya terima dansegera saya bagikan kepada adik Tarti, dua keponakan, dan sang sopir mobil yang kami sewa.

Dapat nomor kursi 54 (dokpri)
Dapat nomor kursi 54 (dokpri)

Nomor kursi yang tertera dalam tiket mulai 53, 54, 55, 56, dan 57. Saya memilih tiket dengan nomor 54. Kemudian adik Tarti saya beri tiket dengan nomor 53. Andi, suami Tika, saya beri tiket nomor 55. Kemudian, Yusuf bin Winarso, keponakan, saya beri tiket nomor 56. Terakhir, Mas Deni, sopir mobil, saya beri tiket nomor 57.

Angka depan pada nomor tiket tertera angka lima. Itu berarti kami akan menduduki kursi baris ketiga dari depan panggung pertunjukan. Satu baris kursi terdiri atas dua puluh kursi.

Harga tiket domestik Rp 20.000 (dokpri)
Harga tiket domestik Rp 20.000 (dokpri)

Pada sisi bagian tiket ada tertera harga tiket untuk wisatawan domestik, yaitu Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah). Jika wisatawan asing harga tiket Rp 50.000 (lima lupuh ribu rupiah). Model tiket masuk pertunjukan wayang orang tidak jauh berbeda dengan tiket masuk objek wisata di Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan objek wisata lain yang pernah saya kunjungi.

Pada pukul 19.30 WIB pintu masuk ke gedung pertunjukan dibuka oleh petugas. Para penonton yang sudah membeli tiket segera antre untuk memasuki gedung. 

Ada petugas di dalam gedung yang mengarahkan penonton untuk duduk pada kursi sesuai angka atau nomor yang tertera pada tiket. Angka atau nomor kursi tertera pada bagian belakang kursi (bagian sandaran).

Setelah kami duduk, waktu telah menunjukkan pukul 19.40 WIB. Saat itulah mulai terdengar suara musik gamelan. Para pemukul (penabuh) gamelan tampak cukup mencolok karena memakai seragam berwarna merah (penabuh gamelan pria). 

Untuk pesinden (penyanyi) memakai pakaian kebaya. Para penabuh gamelan dan pesinden berada pada bagian depan panggung pertunjukan. Posisi mereka lebih rendah daripada tinggi panggung.

Musik gamelan mengalun dengan merdu. Lampu untuk penonton diredupkan. Kami menikmati klenengan (suara musik gamelan diiirngi suara penyanyi/pesinden) sambil berbincang-bincang.

Pada deretan dua kursi di depan kami dipenuhi oleh rombongan alumni Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas (UNS) Maret tahun 1980 (semoga tidak keliru data ini). Usia mereka tentu lebih banyak daripada saya. 

Aksi berfoto bersama atau berswafoto dilakukan oleh para alumni tersebut. wajah-wajah mereka tampak bahagia. Senyum merekah dengan gaya tidak mau kalah dengan Gen Z.

Pertunjukan Wayang Orang untuk Reuni

Memang tidak dapat dipungkiri, pertunjukan kesenian daerah harus beradu dengan kesenian modern yang digandrungi anak muda saat ini. Keberadaan bioskop sudah swdikit menggeser kesenian daerah.

Meskipu demikian pemerintah daerah selalu berupaya agar seni tradisional tetap dilestarikan. salah satu upaya untuk melestarika  kesenian daerah adalah dengan rutin melakukan pementasan ksenian daerah dan mengundang masyarakat untuk menonton.

Kehadiran alumni Fakultas Hukum UNS dapat dijadikan contoh. Reuni dapat dilakukan di tempat pertunjukan. Sebelum atau setelah pertemuan seremonial dapat dilanjutkan dengan menyaksikan bersama pertunjukan kesenian daerah seperti wayang orang.

Pihak pemerintah daerah harus gencar melakukan promosi agar pertunjukan kesenian daerah selalu ada penontonnya. Salah satu upaya adalah dengan medekati kelompok-kelompok atau organisasi alumni perguruan tinggi, alumni sekolah menengah, dan alumni organisasi tertentu.

Dengan langkah seperti itu, diharapkan kesenian tradisional selalu ada penontonnya. Orang-orang yang sudah berumur (sudah tua) tentu pernah mendengar, bahkan pernah menyaksikan pertunjukan kesenian daerah pada masa kanak-kanak atau pada saat masih muda.

Tentu, banyak yang ingin bernostalgia. Melalui acara reuni atau temu kangen mereka dapat diarahkan untuk menikmati pertunjukan kesenian daerah seperti menyaksikan pertunjukan wayang orang.

Bagaimana dengan Anda? Sudah pernah menyaksikan pertunjukan kesenian daerah di wilayah Anda?

Ditulis di Klaten, 3 September 2025 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4