Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.
Dalam perjalan panjang kami, kedaraan pertama (mobil carter) sudah kami tinggalkan. Kendaraan kedua, pesawat terbang, berangkat lebih cepat daripada jadwal. Oh, bukan terbangnya yang lebih cepat tetapi para penumpang diminta naik ke pesawat lebih awal.
Pada pukul 13.15 WIB, kami sudah diminta untuk naik ke atas pesawat. Padahal, jadwal terbang pada pukul 13.50 WIB. Meskipun demikian, kami tidak protes. Sebagian besar penumpang sudah berada di ruang tunggu 1 C bandara YIA.
Biasanya, jika jadwal terbang pukul 13.50 WIB, pada jam tersebut kami baru diminta naik ke atas pesawat. Bahkan, lebih. Bisa pukul 14.05 atau pukul 14.15 WIB. Dengan alasan tertentu, petugas akan mengumumkan perihal keterlambatan pesawat. Itu dulu!
Kami benar-benar merasa beruntung karena jadwal lebih cepat. Saat memasuki badan pesawat pun kami tidak terburu-buru karena penumpang cukup tertib. Tanpa banyak bicara para penumpang duduk di kursi masing-masing.
Perjalanan di atas udara ditempuh dalam waktu sekitar satu jam lebih lima puluh menit. Ada perbedaan waktu satu jam antara bandara YIA dengan bandara di Balikpapan.
Pesawat tiba pukul 16. 45 Wita di Sepinggan, Balikpapan. Cuaca cukup cerah. Saya segera membeli tiket untuk perjalanan berikutnya, dari bandara Sepinggan menuju Pelabuhan Semayang. Tiket dengan mobil bandara Rp 115.000 (seratus lima belas ribu rupiah). Jika dibandingkan naik kendaraan umum, berbeda cukup jauh. Mungkin hanya sekitar empat puluh ribu rupiah berdua. Namun, kami harus berjalan kaki keluar dari bandara untuk mencapai jalan raya tempat kendaaran umum lewat.
Kendaraan Keempat dan Kelima
Taksi bandara adalah kendaraan ketiga. Turun dari taksi, sudah ada pengemudi speddboat yang menawarkan jasanya. Saya ikut saja. Barang bawaan kami sebagian dibawakan ke tepi pantai tempat kapal disandarkan.
Cuaca cukup panas dan gelombang laut sangat terasa. Saya menyaksikan beberapa speedboat yang ditambatkan terombang-ambing oleh angin yang cukup kencang.
Saya tidak berani merekam atau mengabadikan kondisi seperti itu. Ponsel saya justru segera saya simpan ke dalam tas punggung yang kecil.