Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.
Di tengah kesibukan Ramadan, saya melibatkan diri dalam sebuah petualangan kuliner yang unik, berkat tantangan Mystery Challenge pertama dari Kompasiana.
Bersama keluarga kecil saya yang berdomisili di desa Plumbungan, kecamatan Sukodono, kabupaten Sidoarjo, kami menjelajahi kemeriahan pasar takjil Ramadan.
Tidak sekadar belanja, kegiatan ini menjadi sebuah ekspedisi yang direkam dalam sebuah video, dengan narator cilik yang tak lain adalah anak bungsu saya, seorang siswa kelas 6 SD yang bersemangat.
Kami sekeluarga ada 6 orang, saya, istri, tiga anak dan ibu mertua.
Kami memulai perjalanan 3,7 km dari rumah menuju pusat kecamatan, menyusuri deretan penjual takjil yang menawarkan aneka ragam pilihan.
Di bulan penuh berkah ini, rutinitas sore kami diwarnai dengan kegiatan berburu takjil untuk berbuka puasa.
Bersama dengan anak bungsu, kami berdua menelusuri pasar, mencari takjil yang bukan hanya menggugah selera, tapi juga menambah semarak momen berbuka bersama keluarga.
Dari deretan kios dan pedagang kaki lima, kami menemukan beragam pilihan takjil yang menggoda:
Kami memilih beberapa item untuk dibawa pulang:
Dengan total belanja sebesar 72 ribu, kami berhasil mempersiapkan beragam takjil yang memadukan rasa manis dan asin untuk berbuka.
Biasanya budget saya adalah 50 ribu untuk takjil setiap harinya.
Petualangan ini tidak hanya tentang berburu takjil, tetapi juga membangun kenangan bersama keluarga.
Melalui tantangan Kompasiana ini, saya berhasil menangkap esensi dari kebersamaan dan kebahagiaan dalam berbagi momen berharga di bulan Ramadan, sekaligus mengabadikan pengalaman itu dalam sebuah kisah yang saya bagikan melalui video dan tulisan.
Cerita ini bukan hanya tentang makanan, tapi juga tentang kehangatan, kebersamaan, dan keceriaan yang menyelimuti kami selama bulan suci ini.
Terima kasih telah menonton video dan membaca cerita kami ini.