Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Full Time Blogger

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Video

Video: Protes Warga Desa Plumutan Terhadap Film Horor "Sumala"

12 Oktober 2024   12:56 Diperbarui: 12 Oktober 2024   13:05 120 1 0

Tiyarman Gulo - Film horor "Sumala" yang baru saja tayang di Indonesia menjadi sorotan banyak pihak, terutama setelah munculnya protes dari warga Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang. Protes ini muncul karena kekhawatiran bahwa film tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap citra dan perkembangan desa yang mereka cintai. Mari kita telusuri lebih dalam tentang film ini, protes yang dilayangkan, dan konteks di baliknya.

Warga Desa Plumutan protes film "Sumala" karena dampak negatifnya terhadap citra desa, meski film ini fiksi dan diambil di lokasi mereka.

Latar Belakang Film "Sumala"

"Sumala" adalah film horor yang diangkat dari sebuah mitos yang populer di Jawa Tengah. Film ini diproduksi oleh Hitmaker Studios, dengan Luna Maya, Darius Sinathrya, dan Makayla Rose sebagai pemeran utamanya. Cerita film ini berfokus pada sepasang suami istri yang mengalami kesulitan dalam memiliki keturunan, hingga terpaksa mencari bantuan dukun. Dari sinilah cerita mistis dan horor mulai berkembang.

Latar belakang cerita film ini mengambil setting tahun 1948, di mana sepasang suami istri, Sulastri dan Soedjiman, berjuang dengan impian mereka untuk memiliki anak. Mereka mengunjungi dukun, yang pada akhirnya memberikan harapan, tetapi kisah yang dihadapi berujung tragis ketika salah satu anak mereka yang lahir mengalami cacat fisik. Hal ini menjadi awal mula terjadinya kejadian-kejadian aneh yang melibatkan anak bernama Sumala, yang dikatakan sering menculik anak-anak lain.

Pengambilan Gambar dan Reaksi Warga

Video  Protes Warga Desa Plumutan Terhadap Film Horor Sumala | image by harianterbit
Video  Protes Warga Desa Plumutan Terhadap Film Horor Sumala | image by harianterbit
Meskipun film "Sumala" tidak secara eksplisit menyebutkan nama Desa Plumutan, pengambilan gambar dilakukan di daerah tersebut. Kepala Desa Plumutan, Suji Haryanto, menyampaikan keprihatinan bahwa banyak gambar dalam film tersebut diambil dari suasana desa mereka, sehingga dapat menyebabkan kesalahpahaman di kalangan penonton.

Suji menegaskan, "Film ini adalah fiksi. Cerita yang disajikan tidak ada hubungannya dengan kenyataan di desa kami. Kami berharap ada klarifikasi agar warga kami tidak dirugikan." Pernyataan ini mencerminkan ketidakpuasan dan ketidaknyamanan warga terhadap cara penggambaran desa mereka dalam film.

Implikasi Terhadap Desa Wisata

Warga Desa Plumutan saat ini sedang berupaya mengembangkan potensi wisata di daerah mereka. Protes terhadap film ini juga berkaitan dengan harapan mereka untuk menarik wisatawan dan meningkatkan ekonomi lokal. Suji mengungkapkan kekhawatiran bahwa citra negatif yang ditampilkan dalam film dapat mempengaruhi niat wisatawan untuk mengunjungi desa mereka.

"Jika orang luar melihat film ini dan berpikir desa kami memiliki kisah yang menyeramkan, mereka mungkin enggan untuk datang ke sini. Ini akan merugikan usaha kami untuk mengembangkan desa wisata," tambah Suji.

Pentingnya Klarifikasi dan Dialog

Salah satu inti dari protes ini adalah kebutuhan akan klarifikasi dari pihak produksi film. Suji berharap agar pihak rumah produksi memberikan penjelasan yang jelas mengenai pengambilan gambar dan narasi yang disajikan dalam film. Komunikasi yang baik antara penggiat film dan masyarakat setempat sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman.

"Kalau ada yang ingin dibuat film tentang kami, kami berharap bisa dilibatkan. Kami ingin agar cerita yang disampaikan adalah cerita yang sebenarnya," ungkap Suji.

Reaksi Publik dan Media

Setelah berita tentang protes ini menyebar, banyak media dan publik yang mulai menanggapi. Sebagian besar mendukung warga Desa Plumutan dan meminta agar produksi film lebih sensitif terhadap budaya dan masyarakat lokal. Di media sosial, banyak netizen yang berbagi pandangan bahwa film seharusnya tidak hanya fokus pada elemen hiburan, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat.

Sinopsis dan Aspek Produksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2