Tujuan dari kebanyakan pembudidaya ikan adalah untuk memaksimalkan produksi dan keuntungan sambil menahan tenaga kerja dan upaya manajemen seminimal mungkin.
Risiko kematian ikan, wabah penyakit, kualitas air yang buruk, dan berkurangnya konversi pakan sering terjadi ketika upaya untuk meningkatkan produksi tidak didukung oleh strategi manajemen yang lebih baik.
Dalam sebagian besar operasi budidaya kolam, aerasi menawarkan solusi paling cepat dan praktis untuk masalah kualitas air yang dihadapi pada tingkat penyimpanan dan pemberian pakan yang lebih tinggi.
Aerasi dapat secara luas diklasifikasikan menjadi dua aplikasi yang berbeda, aerasi darurat dan aerasi pemeliharaan.
Aerasi Darurat
Aerasi darurat umumnya dilakukan di kolam yang lebih besar dengan luas 3 hingga 20 hektar dan melibatkan penggunaan aerator tipe percikan atau semprotan yang biasanya ditenagai oleh traktor, atau motor yang digerakkan listrik atau bahan bakar.
Aerasi ini hanya digunakan ketika oksigen terlarut turun ke tingkat yang membuat ikan stres. Yang melekat dalam pendekatan ini adalah kebutuhan untuk sering memantau oksigen di kolam untuk mengantisipasi kapan krisis mungkin muncul.
Untuk memaksimalkan penggunaan peralatan aerasi darurat yang efisien, sebaiknya aerasi saja selama periode oksigen rendah dan untuk dapat memindahkan aerator dari kolam ke kolam sesuai kebutuhan.
Semakin kuat aerator, semakin cepat oksigen dapat dinaikkan ke tingkat yang aman. Roda dayung berpenggerak traktor sangat portabel dan kuat, karenanya mereka adalah jenis aerator darurat yang paling banyak digunakan di kolam besar di tambak ikan komersial.
Aerator darurat stasioner, atau yang tidak dapat dipindahkan dengan cepat seringkali berukuran sekitar 1 hp per acre permukaan air.