Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Human Resources

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memulai Channel Motovlog, Ternyata Tak Semudah yang Dibayangkan

22 Juni 2020   20:30 Diperbarui: 17 Juni 2021   01:24 2052 26 5


Mencoba jajal menjadi motovlog (foto: widikurniawan)
Mencoba jajal menjadi motovlog (foto: widikurniawan)
Baru beberapa hari saya memulai sebuah channel YouTube dengan tema motovlog. Secara konten sudah lumayanlah bisa upload tiga video dalam waktu kurang dari sepekan. Tapi memang dari segi subscriber, like dan komentar masih sangat sangat jauh dari harapan.

Fakta ini tentu mematahkan anggapan awam yang mengatakan bahwa jadi Youtuber itu enak dan banyak duitnya.

"Kita jadi youtuber aja kali ya? Tuh saudara aku bikin video-video nggak jelas ternyata dapat lumayan juga, padahal enggak ngetop juga dia," ujar seorang kawan.

Hmm, mungkin inilah kenapa muncul peribahasa "rumput tetangga lebih hijau". Padahal sama dengan semua bidang keahlian lainnya, jadi Youtuber sukses jelas butuh perjuangan yang tidak mudah.

Motor jadul kesayangan yang siap menemani melakukan motovlog (foto: widikurniawan)
Motor jadul kesayangan yang siap menemani melakukan motovlog (foto: widikurniawan)
Saya sendiri selama ini terjun ke YouTube selama kurang lebih tiga tahun dengan memakai bendera channel sekolahan anak saya. Pasang surutnya channel tersebut tentu berkaitan dengan lingkungan komunitas kami sendiri. Tapi lumayan lah, dari situ saya bisa belajar banyak dari mulai pengambilan gambar, editing, upload dan lain sebagainya.

Berbeda dengan channel pribadi yang masih bayi ini. Saya harus memikirkan tema apa dan target audience seperti apa yang ingin saya raih.

Setelah melakukan pendalaman beberapa lama, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengangkat satu tema khusus yakni motovlog menggunakan motor Honda Astrea Grand Bulus tahun 1991 kesayangan.

Kenapa saya pilih tema ini? Ya tentu karena saya sudah punya satu keunikan yang saya jual: yakni motor jadul saya. Kemudian selama ini memang banyak kejadian unik yang saya temukan di jalan saat berkendara.

Ke depan tentu bukan hanya semata video kegiatan jalan-jalan naik motor saja. Saya harus bisa memberikan nilai plus pada video-video saya nantinya. Itulah mengapa saya memilih motovlog, karena sekaligus saya bisa melakukan praktik citizen journalism yang selama ini lebih banyak saya tuangkan dalam bentuk tulisan di Kompasiana maupun di instagram.

Citizen Journalism pakai motor butut? Jadinya kayak apa tuh?

Well, kalau penasaran ya subscribe dulu atuh biar bisa tahu kegiatan saya nantinya, hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3