Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
Pendapatan yang Berubah Setelah Pensiun
Ketika masih aktif mengajar, seorang guru PNS di DKI Jakarta bisa menerima berbagai tunjangan:
Namun ketika pensiun tiba, semua tunjangan itu sirna. Yang tersisa hanyalah 80% dari gaji pokok, sekitar Rp 3,2 juta per bulan.
Inilah "kejutan psikologis" yang kerap dialami banyak guru.
Bukan hanya kehilangan aktivitas mengajar, tapi juga kehilangan kestabilan ekonomi. Tak heran jika banyak guru pensiunan perlu beradaptasi keras untuk menyesuaikan gaya hidupnya.
Tapi justru di sinilah letak makna sesungguhnya: guru sejati tak diukur dari saldo rekening, melainkan dari seberapa besar nilai kehidupan yang ia tanamkan.
Harapan untuk Sistem yang Lebih Adil
Masih menurut Didi Suprijadi, sudah saatnya pemerintah memikirkan sistem gaji tunggal (single salary system) dengan nominal yang lebih layak yaitu sekitar Rp 20-25 juta per bulan.
Dengan begitu, saat pensiun, guru tetap bisa menikmati 80 persen dari jumlah itu, yakni sekitar Rp 16 juta. Angka yang memungkinkan mereka hidup layak di masa tua, tanpa harus bergantung pada anak-anaknya.
Ini bukan sekadar soal materi, melainkan bentuk penghargaan negara kepada pahlawan tanpa tanda jasa yang telah membentuk masa depan bangsa.
Bahagia Karena Masih Bisa Mengabdi
Sementara itu, bapak Irianto Gunawan, seorang guru senior yang sudah pensiun, menulis dengan indah: