Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
"Itu besaran penghasilan guru di daerah yang surplus. Rata-rata penghasilan guru secara umum sekitar 7-10 juta. Kami pensiun golongan IV/c menerima 5 juta lebih. Tapi lebih bahagia lagi menjadi pensiunan yang masih bisa ikut mengabdi di PGRI, membantu menyelesaikan masalah guru-guru aktif agar mereka bisa tenang menjalankan tugas mulianya."
Kebahagiaan seperti inilah yang tak ternilai. Tidak diukur dari angka di slip gaji, tetapi dari seberapa besar manfaat yang masih bisa diberikan kepada sesama. Banyak guru pensiunan yang kini menjadi penggerak organisasi PGRI, membina guru muda, atau menjadi relawan pendidikan di daerah terpencil. Mereka tetap aktif, meski tidak lagi di depan kelas.
Guru Swasta: Tetap Tegar Tanpa Pensiun
Sebagai guru swasta, saya pun merasakan realitas berbeda. Kami tidak memiliki tunjangan pensiun seperti guru PNS. Karena itu, sejak muda saya belajar untuk berinvestasi dalam bentuk tanah, rumah, dan kamar kontrakan. Bukan untuk mengejar kekayaan, melainkan sebagai sumber pemasukan di masa tua.
Saya sering mengingatkan rekan-rekan guru swasta:
"Jangan hanya menanam ilmu di kepala murid, tapi juga tanam investasi kecil untuk masa depanmu."
Guru yang cerdas bukan hanya pandai mendidik, tapi juga mampu mengatur kehidupannya setelah masa pengabdian berakhir. Namun jangan sampai tertipu dengan investasi bodong seperti video di atas.
Aktivisme Setelah Pensiun: Inspirasi dari bapak Didi Suprijadi
Dalam tanggapannya di whatsapp grup PGRI, bapak Didi Suprijadi menulis dengan semangat aktivis sejati:
"Jiwa aktivis tentu tidak berhenti walaupun sudah resmi pensiun. Saya lanjutkan dengan membimbing masyarakat berbasis lingkungan hidup dan perubahan iklim, pemanasan global, energi terbarukan, urban farming, budidaya magot, solar sel, pilah sampah, panen air hujan, hingga pembuatan eko-enzim. Mari cintai bumi sekalipun menggunakan sisa tenaga pensiunan."
Luar biasa!
Beginilah wajah sejati seorang guru sejati. Beliau tetap menjadi pendidik, bahkan setelah pensiun. Dari kelas berpindah ke kebun, dari kapur berpindah ke cangkul, tapi semangatnya tetap sama: mendidik dan memberi teladan.