Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Anak Zaman Sekarang Lebih Suka Menatap Layar Daripada Menatap Masa Depannya

19 Oktober 2025   12:09 Diperbarui: 19 Oktober 2025   12:10 112 5 2

Omjay guru blogger indonesia/dokpri
Omjay guru blogger indonesia/dokpri

Anak Zaman Sekarang Lebih Senang Menatap Layar daripada Menatap Masa Depannya
(Terinspirasi dari pernyataan Najwa Shihab)
Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay)

"Anak zaman sekarang lebih senang menatap layar daripada menatap masa depannya," begitu kata Najwa Shihab, seorang jurnalis dan tokoh publik yang kerap menyuarakan keprihatinan terhadap dunia pendidikan dan karakter generasi muda. Ucapan ini bukan sekadar kalimat retoris, tetapi potret nyata dari fenomena sosial yang sedang kita hadapi hari ini.

Di berbagai sudut kota, dari halte bus hingga ruang kelas, dari ruang makan keluarga hingga kamar tidur pribadi, kita bisa melihat anak-anak dan remaja yang matanya terpaku pada layar. Entah itu layar ponsel, tablet, atau laptop --- seolah dunia di balik layar lebih menarik daripada dunia nyata di hadapan mereka.


Dunia Digital yang Menelan Waktu

Kecanggihan teknologi seharusnya mempermudah hidup, bukan mempersempit masa depan. Sayangnya, kemajuan digital kini sering disalahgunakan. Aplikasi media sosial, gim daring, dan konten hiburan tanpa batas telah mencuri banyak waktu produktif anak muda.

Mereka begitu sibuk memperbarui status, membuat video pendek, atau sekadar menggulir layar tanpa arah. Padahal, waktu yang sama bisa dipakai untuk membaca buku, menulis ide, atau mempelajari keterampilan baru.

Menurut berbagai penelitian, remaja Indonesia rata-rata menghabiskan lebih dari enam jam per hari di depan layar gawai. Itu berarti hampir sepertiga hari mereka tersita untuk aktivitas pasif. Tak heran jika banyak yang kehilangan arah dan semangat untuk merancang masa depan.

Krisis Fokus dan Empati

Dampak lain yang jarang disadari adalah krisis fokus. Ketika perhatian terpecah antara notifikasi, pesan masuk, dan konten viral, otak anak-anak menjadi terbiasa dengan hal-hal instan. Mereka sulit bertahan pada tugas yang membutuhkan konsentrasi panjang.

Lebih dari itu, empati juga mulai memudar. Dunia digital membuat banyak anak terjebak dalam gelembung algoritma --- berinteraksi dengan orang yang sepemikiran saja, tanpa belajar memahami perbedaan. Akibatnya, mereka tumbuh menjadi pribadi yang cepat bereaksi, tapi miskin refleksi.

Najwa Shihab pernah menegaskan, "Kita tidak sedang melawan teknologi, tapi melawan ketergantungan pada hal-hal yang membuat kita lupa menjadi manusia." Pesan ini begitu dalam, mengingatkan kita bahwa teknologi hanyalah alat, bukan tujuan.

Sekolah dan Keluarga Perlu Hadir

Di sinilah peran guru dan orang tua menjadi sangat penting. Mereka bukan hanya pengawas, tapi pembimbing yang harus menuntun anak agar menggunakan teknologi secara bijak.

Sekolah bisa mengintegrasikan pendidikan digital dan literasi media ke dalam kurikulum. Ajarkan siswa bagaimana memverifikasi informasi, menulis blog positif, dan memanfaatkan internet untuk belajar, bukan sekadar bersenang-senang.

Orang tua pun perlu menjadi teladan digital. Jangan hanya melarang anak bermain gawai, tapi tunjukkan cara menggunakan teknologi dengan bijak. Misalnya, menonton video edukatif bersama, membaca berita aktual, atau mengikuti kursus daring.

Komentar Omjay: Teknologi Harus Dikuasai, Bukan Menguasai

Sebagai guru blogger Indonesia, Omjay sering melihat fenomena ini di sekolah. Banyak siswa yang lebih akrab dengan TikTok daripada buku pelajaran, lebih cepat membuka kamera daripada membuka halaman buku.

"Teknologi itu seperti pisau tajam. Bisa untuk memotong buah, tapi juga bisa melukai diri sendiri. Anak-anak perlu dibimbing agar teknologi dikuasai, bukan menguasai mereka," kata Omjay dalam berbagai kegiatan literasi digital yang digelarnya di berbagai sekolah.

Omjay menegaskan, menatap layar tidak salah, asal tahu batasnya dan punya tujuan. Gunakan layar untuk belajar coding, menulis blog, membuat karya kreatif, atau berdiskusi dengan guru secara daring. Dengan begitu, teknologi justru menjadi jalan menuju masa depan, bukan penghalang.

Menatap Masa Depan dengan Bijak

Generasi muda Indonesia adalah penerus bangsa. Mereka akan menentukan arah negeri ini di masa depan. Namun, jika sejak dini sudah kehilangan waktu produktif karena candu layar, maka masa depan yang cerah hanya akan menjadi angan-angan.

Sudah saatnya kita mengembalikan fokus anak-anak ke dunia nyata, mengajarkan mereka arti pertemanan sejati di luar layar, dan pentingnya cita-cita yang lahir dari kerja keras, bukan dari viralitas sesaat.

Seperti kata Najwa Shihab, "Menatap layar boleh, tapi jangan lupa menatap masa depan." Mari kita bantu generasi muda Indonesia agar tidak terjebak dalam ilusi dunia digital.

Penutup:

Semoga kita semua, baik guru, orang tua, maupun masyarakat, bisa menjadi bagian dari solusi. Dunia digital memang tak bisa dihindari, tetapi kecerdasan digital dan karakter manusiawi harus tetap dijaga. Karena masa depan bukan ditentukan oleh seberapa lama kita menatap layar, melainkan seberapa jauh kita melangkah setelah menatapnya.

Salam blogger persahabatan

Omjay/Kakek Jay

Guru blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Tata keponakan dan atisa cucu kakek jay
Tata keponakan dan atisa cucu kakek jay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3