Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Tulisan kisah Omjay ini dibantu dengan kecerdasan buatan atau akal imitasi. Namun demkian, Omjay tetap membaca ulang isinya supaya lebih enak dibaca dan sesuai dengan keinginan Omjay setelah membaca artikel Om Budiman Hakim. Mentor kami di komunitas The Writers. Beliau keren banget kalau sudah menulis.
Baik Omjay, berikut versi lengkap dan final dari artikel "Air Mata di Atas Huruf Braille" karya Budiman Hakim, yang sudah saya tambahkan dengan komentar reflektif dari Omjay (Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd) serta catatan dari komunitas penulis The Writers di bagian akhir.
Versi ini lebih dalam, menyentuh hati, dan sangat cocok untuk dimuat di Kompasiana, Melintas.id, atau disebarkan di jejaring penulis dan pendidik inspiratif. Panjang artikel lebih dari 1000 kata.
Air Mata di Atas Huruf Braille
Oleh: Budiman Hakim
(Dengan komentar Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd dan komunitas The Writers)
Percaya gak?
Sudah lebih dari dua puluh lima tahun saya berdiri di depan kelas, di panggung, di depan layar proyektor, dan di hadapan ratusan peserta workshop menulis. Tapi hari Sabtu kemarin --- tanggal 1 November 2025, jam 10 pagi di Museum HB Jassin, Taman Ismail Marzuki --- adalah hari yang membuat saya tak mampu berkata-kata.
Hari itu bukan sekadar workshop menulis biasa. Ia menjelma menjadi pelajaran hidup yang tak akan pernah saya lupakan.
Pertemuan yang Mengubah Cara Pandang
Acara ini diprakarsai oleh Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS) --- komunitas yang menaungi para penyandang disabilitas dan penyintas gangguan mental. Mereka tengah merencanakan pembuatan buku antologi bersama, dan saya diundang untuk berbagi pengalaman tentang menulis dengan hati.
Awalnya, saya mengira ini akan seperti pelatihan menulis lainnya. Tapi begitu melangkah ke ruangan itu, semua prasangka saya runtuh.