Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Garis Finish Kehidupan adalah Kematian, Dunia yang Fana, dan Akhirat yang Kekal

10 November 2025   09:52 Diperbarui: 10 November 2025   09:52 98 1 1

Inspirasi pagi pada Ahad, 9 November 2025 juga mengingatkan kita tentang hal penting: kesehatan. Banyak orang mau berkorban untuk orang lain, tapi lupa berkorban untuk dirinya sendiri. Padahal tubuh ini adalah amanah dari Tuhan yang harus dijaga.

Kesehatan tidak bisa diwakilkan. Tidak bisa kita menyuruh orang lain berolahraga untuk menggantikan tubuh kita yang lemah. Tidak bisa pula kita meminta orang lain minum obat atas nama kita. Hanya kita sendiri yang bisa menjaga tubuh ini.

Berapa banyak orang yang menyesal setelah sakit, berkata, "Andai dulu aku lebih peduli dengan kesehatan." Padahal, menjaga kesehatan bukan hanya soal jasmani, tapi juga soal rohani. Jiwa yang tenang akan menumbuhkan tubuh yang kuat.

Dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda,

"Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah."

Artinya, kekuatan bukan hanya fisik, tapi juga kekuatan iman dan semangat hidup. Maka, olahraga bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk rasa syukur kita atas nikmat tubuh yang masih bisa bergerak dan bernapas.

Menemukan Keseimbangan: Dunia Dijalani, Akhirat Dituju

Bukan berarti kita harus meninggalkan dunia sepenuhnya. Dunia tetap penting sebagai ladang amal. Kita bekerja, menuntut ilmu, mencari nafkah, dan berprestasi --- semua itu bisa menjadi ibadah bila diniatkan karena Allah.

Namun, kita harus bijak menempatkan prioritas. Dunia dijadikan jalan, bukan tujuan. Dunia adalah kendaraan, bukan tempat tinggal abadi. Seperti halnya lomba lari, kita harus tahu ke mana arah finis yang sebenarnya. Bila arah kita hanya menuju dunia, maka kita berhenti di liang lahat. Tapi bila arah kita menuju akhirat, maka setiap langkah di dunia menjadi pahala.

Saya sering mengingatkan para guru dan murid, bahwa keberhasilan sejati bukan diukur dari seberapa tinggi jabatan atau nilai rapor yang didapat, tetapi seberapa tulus kita berbuat baik dan memberi manfaat. Itulah bekal yang tidak akan hilang bahkan setelah kita tiada.

Bersainglah dalam Kebaikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4