Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Omjay dan Perjalanan Pulang Pergi yang Membumi: Naik Gojek, KRL, dan Angkot yang murah meriah sampai tujuan. Inilah kisah Omjay kali ini di kompasiana tercinta.
Di tengah kesibukannya sebagai pendidik, penulis, sekaligus penggerak komunitas guru di Indonesia, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd---yang akrab disapa Omjay---tetap memilih hidup sederhana dan membumi.
Banyak yang mengenalnya sebagai "Guru Blogger Indonesia", sosok yang kerap tampil di seminar, webinar nasional, hingga undangan berbicara di berbagai sekolah dan kampus. Namun jarang yang tahu bahwa di balik semua aktivitas itu, Omjay masih setia berangkat dan pulang menggunakan angkutan umum.

Pilihan itu bukan sekadar gaya hidup hemat, tetapi cermin kedekatannya dengan realitas masyarakat kota. Dan dari perjalanan-perjalanan itulah, banyak cerita yang kemudian menjadi inspirasi tulisan-tulisannya.

Berangkat Pagi dengan Gojek Motor
Hari kegiatan Omjay keluar rumah biasanya dimulai sejak subuh. Setelah bersiap dan memastikan materi mengajar maupun agenda harian telah siap, barulah ia membuka aplikasi Gojek. Pilihannya hampir selalu sama: Gojek motor.

Mengapa motor? Karena Jakarta punya satu hukum tak tertulis: kalau mau cepat sampai, hindari macet---dan ojek motor adalah salah satu penyelamat terbaik.
Bukan sekali dua kali Omjay harus mengejar waktu untuk rapat, mengajar, atau menghadiri undangan sebagai narasumber. Dengan naik Gojek motor, ia bisa meluncur lincah di antara padatnya arus kendaraan.

Di perjalanan, Omjay sering mengobrol santai dengan abang ojek. Mulai dari cerita pendapatan harian, kondisi jalanan, sampai harapan hidup mereka --- semua menjadi bagian dari realitas yang tak pernah ingin Omjay tinggalkan.
"Dari mereka saya belajar tentang ketangguhan," ucapnya suatu ketika. "Mereka bekerja di jalanan setiap hari, tapi tetap ramah, tetap berusaha jujur, dan yang penting tetap berjuang."
Kadang perjalanan itu justru menjadi ruang refleksi. Angin pagi, kemacetan yang tak berubah, dan kota Jakarta yang mulai ramai sering memunculkan ide-ide tulisan spontan. Banyak artikel Omjay di blog pribadi maupun Kompasiana lahir dari perjalanan pendek di atas jok motor Gojek.

Wijaya Kusumah - omjay Pulang dengan KRL: Antara Lelah, Inspirasi, dan Rasa Syukur
Sore atau malam hari, perjalanan kembali ke rumah punya coraknya sendiri. Alih-alih memilih kendaraan pribadi atau taksi online, Omjay lebih sering memilih KRL (Kereta Rel Listrik).
Bagi sebagian orang, KRL mungkin identik dengan padat, berdesakan, dan butuh kesabaran ekstra. Namun bagi Omjay, kereta justru menjadi ruang belajar sosial yang sangat nyata.
Di dalam KRL, Omjay melihat berbagai potret masyarakat urban: para pekerja kantoran yang pulang dengan wajah penat, pelajar yang berdiri sambil memegang buku, ibu-ibu yang membawa belanjaan, hingga pedagang kecil yang menawarkan barang seadanya. Semua itu membuat Omjay merasa menjadi bagian dari denyut kehidupan kota.

Tak jarang ada yang mengenalinya. "Omjay ya? Yang suka nulis?" tanya seorang bapak muda suatu sore. Dari pertemuan kecil seperti itu, diskusi hangat pun mengalir---tentang pendidikan, tentang anak-anak yang butuh perhatian lebih, tentang gawai yang membuat interaksi di rumah berubah. KRL menjadi ruang dialog yang tulus.
Selain itu, perjalanan dengan KRL memberikan Omjay waktu untuk menenangkan pikiran setelah seharian beraktivitas. Di sini pula ia sering menuliskan catatan kecil di ponsel, yang nanti berkembang menjadi artikel panjang.

Dari stasiun klender baru disambung Angkot: Transportasi Rakyat yang Masih Setia Berjalan
Setelah turun dari stasiun, perjalanan Omjay biasanya belum selesai. Ia masih harus naik angkot, moda transportasi yang meski mulai tergusur modernisasi, tetap bertahan melayani masyarakat hingga hari ini.
Naik angkot memberi sensasi berbeda: lebih pelan, lebih dekat dengan obrolan spontan penumpang lain, dan penuh cerita kehidupan sederhana. Kadang sopirnya memutar lagu dangdut, kadang musik pop tahun 90-an, dan kadang hanya suara mesin yang menemani.
Di angkot, Omjay sering tersenyum sendiri mendengar percakapan antarpenumpang: obrolan tentang harga sembako, tentang sekolah anak, sampai tentang acara televisi semalam. Di sinilah ia benar-benar merasa berada di tengah denyut paling dasar masyarakat.
Bagi Omjay, angkot bukan sekadar transportasi murah. Ia adalah ruang sosial yang jujur, apa adanya, dan penuh pelajaran hidup.

Di Balik Kesederhanaan, Ada Filosofi Hidup
Banyak yang bertanya mengapa seorang tokoh pendidikan, penulis produktif, dan pekerja keras seperti Omjay tidak memilih kendaraan pribadi. Jawabannya sederhana:
Karena hidup harus tetap membumi. Karena guru harus tetap dekat dengan kenyataan.
Menggunakan transportasi umum membuat Omjay tidak melayang dalam kenyamanan pribadi. Ia tetap berada di tengah masyarakat, menyerap dinamika kehidupan yang kelak menjadi sumber inspirasi untuk menulis, mengajar, dan berbagi.
Pilihan naik Gojek motor, KRL, dan angkot bukan sebatas kebutuhan. Itu adalah filosofi. Sebuah cara menjalani hidup yang sederhana, bersahaja, namun penuh makna.
Penutup: Perjalanan yang Menghidupkan Cerita
Setiap hari Omjay pergi-pulang melewati tiga moda transportasi yang sangat Indonesia: ojek motor, kereta, dan angkot. Di sana ia bertemu orang-orang baru, mendengar cerita-cerita kecil, dan menyaksikan kehidupan bergerak apa adanya.
Perjalanan itu sering melelahkan, tentu saja. Tapi dari sanalah muncul tulisan-tulisan inspiratif yang kita baca di blognya, di Kompasiana, hingga di berbagai buku yang ia terbitkan.
Omjay selalu bilang, "Setiap perjalanan adalah cerita. Tugas kita adalah menangkapnya dengan hati." mulailah menulis dengan hati agar hati bertemu dengan hati.
Dan dari angkutan umum itulah, kisah-kisah hebat lahir. Omjay bersyukur bisa kembali naik angkutan umum. Masa sekolah dulu seolah terulang kembali. Terima kasih ya Allah atas segala nikmat yang telah diberikan.
Naik mobil pribadi memang terasa lebih nyaman dan cepat. Namun naik angkutan umum jauh lebih nyaman bila kita bersyukur ada skenario Allah yang ada di belakang kita.
Semenjak sakit dan dirawat di tiga rumah sakit, istri melarang omjay bawa mobil sendiri. Pilihan naik angkutan umum adalah pilihan terbaik karena omjay belum sanggup membayar gaji supir pribadi.
Semoga penyakit darah tinggi dan diabetes yang Omjay derita semakin hari semakin membaik dan Omjay bisa kembali mengendarai mobil pribadi pergi dan pulang.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com
