Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Innalillahi Wainnailaihi Rojiun, Selamat Jalan Emak Esih Ibu Mertua Omjay yang Baik Hati

21 November 2025   07:57 Diperbarui: 21 November 2025   07:57 209 3 1

Emak Esih Ketika Sakit di Rumah Bandung/dokpri
Emak Esih Ketika Sakit di Rumah Bandung/dokpri

Ketika Pagi Menangis di Bandung: Emak Esih Berpulang, Omjay Bergegas Pulang Menjemput Duka. Innalillahi Wainnailaihi Rojiun, Selamat Jalan Emak Esih Ibu Mertua Omjay yang Baik Hati. Inilah kisah Omjay kali ini yang akan segera berangkat ke Bandung naik kereta cepat whoosh.


Pagi ini, ada duka yang tak bisa ditahan oleh langit Bandung. Embun yang biasanya jatuh lembut seolah ikut menangis, menyambut berita berpulangnya Emak Esih, ibu mertua tercinta dari Omjay. Kabar itu datang pelan, namun menghantam dada begitu keras. Seakan ada ruang kosong yang tiba-tiba tercipta, merenggut kehangatan yang selama ini menjadi penopang keluarga besar.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," begitu pesan pertama yang masuk ke ponsel Omjay. Sederhana, tetapi mampu memutus seluruh percakapan, menghapus rencana pagi, dan menghadirkan isak yang tak bisa dibendung.

Pagi yang Retak oleh Kabar Duka

Setiap orang pasti pernah merasakan bagaimana kabar duka datang tanpa permisi. Namun, ketika itu menimpa keluarga sendiri, luka yang tercipta tak lagi sama. Pagi yang semula cerah berubah menjadi ruang sunyi yang menggantung.

Emak Esih adalah sosok yang tak banyak bicara, tetapi hangatnya selalu terasa. Dalam diamnya, doa-doanya tak pernah putus. Dalam jemarinya yang mulai menua, selalu ada kelembutan yang menenangkan cucu-cucunya. Emak bukan hanya ibu mertua, tetapi juga penjaga rumah, cahaya keluarga, dan sumber ketabahan yang selama ini menjadi kekuatan istri Omjay serta seluruh saudara-saudaranya.

Kabar kepergian Emak membuat rumah Omjay mendadak hening. Istri beliau menutup wajahnya, berusaha kuat, meski air mata tetap jatuh satu per satu. Anak-anak terdiam, berusaha memahami kehilangan yang mungkin belum sepenuhnya mampu mereka cerna. Dan Omjay sendiri hanya menatap lantai beberapa saat---diam, lalu bangkit. Saat duka datang, ia tahu keluarga harus segera berkumpul.

Bergegas Menuju Bandung dengan Kereta Cepat Whoosh

Tidak butuh waktu lama bagi Omjay dan keluarga untuk memutuskan perjalanan menuju Bandung. Dalam situasi duka, waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Mereka memilih menggunakan Kereta Cepat Whoosh, berharap dapat tiba secepat mungkin untuk mendampingi keluarga besar di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4