Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Teruntuk Bapak Ibu Guru Hebat yang Tetap Mengajar Meski Dunia Tak Selalu Memihak

26 November 2025   19:06 Diperbarui: 26 November 2025   19:09 71 1 1

workshop elearning di SMK Dwija Boyolali/dokpri
workshop elearning di SMK Dwija Boyolali/dokpri

Teruntuk Bapak Ibu Guru Hebat yang Tetap Mengajar Meski Dunia Tak Selalu Memihak. Untuk Mereka yang Tetap Mengajar, Meski Dunia Tak Selalu Memihak. Sebuah Refleksi Hari Guru & HUT PGRI ke-80. Inilah kisah Omjay kali ini di kompasiana tercinta.


Ada yang tak pernah diberitakan media besar, tak tercatat di pidato-pidato pejabat, namun selalu hidup di ruang-ruang kelas Indonesia. Mereka adalah para guru---yang bekerja dalam diam, mengabdi dalam sepi, dan terus bertahan meski sering kali tidak dianggap.

Hari Guru bukan hanya selebrasi, tetapi pengingat. Pengingat bahwa di balik senyum guru saat mengajar, ada cerita perjuangan yang jarang terdengar.

1. Untuk Para Guru Honorer yang Digaji Ratusan Ribu per Bulan

Di sudut-sudut negeri, ada guru yang menggenggam kapur sambil menahan perih.
Gaji mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sebulan, namun semangatnya selalu cukup untuk menemani anak-anak belajar setiap hari.

Mereka bukan tidak ingin sejahtera. Mereka hanya terlalu sering memilih sekolah daripada menyerah.
Mereka tetap datang lebih pagi dan pulang lebih sore, demi memastikan anak-anak tidak kehilangan kesempatan belajar.

Merekalah wajah pertama pendidikan Indonesia. Wajah yang sering tak disapa negara.

2. Untuk Para Lulusan S.Pd yang Terjebak Lingkaran Setan "PPG Dulu -- Jadi Guru Belakangan"

Banyak sarjana pendidikan berdiri di persimpangan yang membingungkan.
Mereka ingin menjadi guru, tetapi harus PPG dulu.
Namun untuk ikut PPG, mereka harus menjadi guru dulu.

Ironinya sempurna.
Kebijakannya kabur.
Mimpinya besar, tetapi jalannya diputar-putar.

Meski begitu, mereka tetap belajar. Tetap berharap. Tetap berjuang.
Karena menjadi guru bukan pilihan karier biasa---ini panggilan jiwa.

3. Untuk Para Guru yang Digaslight "Pengabdian" Setiap Kali Menuntut Upah Layak

Setiap kali guru memperjuangkan haknya, ada suara-suara yang menyindir:
"Bukankah menjadi guru itu pengabdian?"
Seolah pengabdian berarti tak boleh sejahtera.
Seolah dedikasi berarti harus pasrah.

Padahal guru tidak meminta kemewahan.
Hanya keadilan.
Agar mereka dapat hidup layak sekaligus mendidik dengan tenang.

Pengabdian bukan alasan untuk mengabaikan kesejahteraan.

4. Untuk Para Guru yang Selalu Disalahkan oleh Kebijakan Ajaib

Di negeri ini, kebijakan pendidikan sering berubah lebih cepat daripada buku cetak.
Dan ketika ada yang tidak berjalan sesuai rencana, guru menjadi sasaran pertama.

Padahal mereka hanya menjalankan perintah.
Padahal mereka bukan pembuat kebijakan---mereka hanya penjaga harapan.
Namun dalam setiap situasi, guru selalu diminta beradaptasi, menyelamatkan, memperbaiki.

Di pundak merekalah seluruh eksperimen pendidikan digantungkan.

5. Untuk Para Guru yang Terpaksa Menaikkan Anak Didik yang Belum Mampu

Ada luka yang tidak terlihat di hati para guru:
keharusan meluluskan anak yang sebenarnya masih butuh waktu.

Bukan karena guru tidak ingin anak itu belajar ulang,
tetapi karena tekanan sistem, aturan, dan stigma yang membuat kejujuran terasa menyakitkan.

Para guru itu menghela napas panjang, menyelipkan doa dalam setiap rapor yang ditandatangani,
semoga anak itu nanti menemukan jalannya sendiri.

Selamat Hari Guru, dan Selamat Ulang Tahun PGRI ke-80

Di usia PGRI yang ke-80 tahun, kita berharap suaranya semakin kuat membela guru,
bukan hanya menjadi simbol seremonial.

Hari Guru bukan sekadar ucapan terima kasih,
tetapi seruan agar bangsa ini tidak lagi menganggap guru sebagai "pelengkap",
tetapi sebagai fondasi masa depan.

Terima kasih untuk para guru
yang tetap berdiri ketika penghargaan makin tipis,
yang tetap tersenyum meski beban makin berat,
yang tetap percaya pendidikan dapat mengubah hidup seseorang.

Karena tanpa guru, Indonesia tidak hanya akan kehilangan ilmu,
tetapi kehilangan masa depan.

Selamat Hari Guru. Selamat hari ulang tahun PGRI yang ke-80
Terima kasih telah menjaga harapan bangsa ini, setiap hari.


Salam Blogger Persahabatan

Omjay/Kakek Jay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Omjay guru blogger Indonesia/dokpri
Omjay guru blogger Indonesia/dokpri