Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Mari Kita Merayakan dan Belajar Sejarah Hari Ulang Tahun PGRI Ke-80

4 Desember 2025   04:48 Diperbarui: 4 Desember 2025   07:08 117 2 2


Kisah omjay kali ini tentang HUT PGRI ke-80: Delapan Dekade Mengabdi, Guru Tetap Menjadi Pelita Negeri. Alhamdulillah omjay hadir secara langsung di acara perayaan hut pgri yang ke-80. Walaupun saat itu kesehatan Omjay kurang mendukung.

Hari itu, seluruh penjuru Indonesia kembali disatukan oleh satu semangat yang sama: merayakan Hari Ulang Tahun PGRI ke-80. Delapan dekade bukan waktu yang singkat bagi sebuah organisasi yang dibangun oleh guru, dari guru, dan untuk guru. 

Dari masa kemerdekaan hingga era digital seperti sekarang, PGRI tetap berdiri sebagai rumah besar seluruh pendidik Indonesia, tempat mengadu, berbagi cerita, sekaligus memperjuangkan nasib guru tanpa lelah.

Omjay bersama kawan kawan anggota pgri/dokpri
Omjay bersama kawan kawan anggota pgri/dokpri

Suasana perayaan tahun ini begitu meriah, penuh haru, dan membangkitkan kebanggaan. Ribuan guru dari Sabang sampai Merauke tumpah ruah dalam berbagai kegiatan, membawa cerita perjuangan masing-masing.

Nah, omjay ikut mendengarkan kisah mereka yang luar biasa. Ada anggota pgri yang berjalan jauh dari pelosok desa, ada yang datang dengan rombongan daerah, ada pula yang mewakili sekolah-sekolah terpencil yang selama ini jarang tersorot. 

Namun mereka hadir dengan senyum yang sama: senyum seorang pendidik yang percaya bahwa ilmu akan selalu menjadi cahaya bagi masa depan bangsa.

Jejak Sejarah yang Tak Pernah Pudar

PGRI berdiri pada 1945, hanya beberapa bulan setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Bukan sekadar organisasi profesi, PGRI saat itu lahir sebagai simbol perlawanan, simbol keberanian, dan simbol persatuan guru-guru Indonesia yang ingin mengangkat martabat pendidikan di negeri ini.

Selama 80 tahun perjalanan itu, PGRI telah menjadi saksi dari berbagai dinamika pendidikan:

Dari masa pembangunan sekolah-sekolah darurat,

Hingga pertumbuhan teknologi pendidikan,

Dari pergolakan kebijakan,

Hingga perjuangan panjang untuk kesejahteraan guru.

Sejarah panjang itu membuktikan satu hal: PGRI tidak pernah lelah berjuang, meski tantangan berubah dari zaman ke zaman.

Tema yang Menggema: "Guru Hebat, Indonesia Kuat"

Tema HUT PGRI ke-80 bukan hanya slogan. Tema ini adalah napas perjuangan guru selama ini.

Seorang guru mungkin hanya berdiri di depan kelas, tapi dampak dari seorang guru bisa mengguncang masa depan suatu bangsa. Guru memahat karakter, membuka pintu ilmu, dan memandu generasi menuju kemandirian. Tidak akan ada Indonesia yang kuat tanpa guru yang hebat.

Melalui tema ini, PGRI ingin mengingatkan pemerintah dan masyarakat bahwa investasi terbesar sebuah bangsa adalah investasinya pada guru. Sebab dari tangan guru-lah lahir para pemimpin, inovator, pendidik selanjutnya, dan seluruh profesi yang menggerakkan negeri ini.

Rangkaian Kegiatan yang Memupuk Semangat Kebersamaan

Perayaan HUT ke-80 ini berlangsung begitu meriah dan penuh makna.

1. Upacara Peringatan di Jakarta

Diikuti oleh jajaran tokoh pendidikan nasional dan para guru pilihan daerah, upacara ini menjadi simbol penghormatan kepada dedikasi guru Indonesia yang tak kenal lelah. Kehadiran para pemimpin pendidikan juga menjadi penanda bahwa suara guru harus selalu menjadi bagian dari pembentukan kebijakan.

2. Konferensi Nasional PGRI

Konferensi ini membahas isu-isu besar pendidikan: mulai dari transformasi digital, perlindungan hukum kepada guru, hingga strategi meningkatkan kompetensi di era kecerdasan buatan. Diskusi-diskusi ini adalah bentuk komitmen PGRI agar guru Indonesia tidak tertinggal zaman.

3. Pameran Pendidikan

Berbagai inovasi guru dari daerah terpencil hingga kota besar dipamerkan. Produk belajar, teknologi pembelajaran, hingga karya kreatif guru--semuanya memperlihatkan bahwa guru Indonesia semakin kreatif, adaptif, dan inovatif.

4. Pertunjukan Seni Guru

Inilah bagian yang paling menyentuh. Guru bukan hanya pendidik, tetapi juga seniman, budayawan, dan penyemai kreativitas. Pertunjukan seni menunjukkan betapa kaya jiwa para guru, betapa dalam cinta mereka kepada budaya Indonesia.

PGRI: Rumah Perjuangan Guru

Selama 80 tahun, PGRI menjalankan tiga peran utama:

1. Meningkatkan Kompetensi Guru

Melalui pelatihan, seminar, webinar, dan komunitas-komunitas profesional, PGRI terus membantu guru mengasah diri. Di era perubahan cepat seperti sekarang, kompetensi bukan sekadar kebutuhan---tetapi keharusan.

2. Memperjuangkan Kesejahteraan Guru

PGRI berada di garis depan memperjuangkan hak guru: mulai dari TPG (Tunjangan Profesi Guru), perlindungan hukum, hingga status kepegawaian. Tidak sedikit guru yang teraniaya, difitnah, bahkan dikriminalisasi. Di saat seperti itulah PGRI hadir sebagai payung yang melindungi.

3. Menjaga Mutu Pendidikan

Melalui gagasan, kajian, serta advokasi kebijakan, PGRI ikut menjaga arah pendidikan Indonesia agar tetap berpihak pada peserta didik dan masa depan bangsa.

Refleksi 80 Tahun: Guru Adalah Obor yang Tak Pernah Padam

HUT PGRI ke-80 bukan hanya ajang perayaan. Ia adalah cermin untuk melihat kembali betapa mulianya profesi guru, sekaligus betapa beratnya tantangan yang mereka pikul. Masih banyak guru honorer yang menunggu kejelasan nasib, guru daerah 3T yang mengajar dengan fasilitas minim, hingga guru yang harus menghadapi tekanan dari orang tua atau lingkungan.

Tetapi meski berjuang dalam keterbatasan, guru tetap datang ke sekolah setiap pagi. Mereka tetap menulis RPP, menyiapkan materi, membimbing anak-anak, bahkan menjadi orang tua kedua di sekolah.

Sebab bagi guru sejati, mengajar bukan hanya profesi. Mengajar adalah panggilan hati.

Penutup

HUT PGRI ke-80 mengingatkan kita bahwa dunia pendidikan tidak akan berjalan tanpa guru--dan tidak ada guru yang bisa berjalan sendirian. PGRI adalah rumah perjuangan, pelindung, sekaligus penyemangat bagi seluruh pendidik Indonesia.

Semoga di usia yang ke-80 ini, PGRI semakin kuat menjadi jembatan antara guru dan pemerintah, semakin lantang menyuarakan keadilan, dan semakin kokoh menjaga marwah profesi guru.

Karena selama masih ada guru yang berdiri di depan kelas, selama itu pula bangsa ini punya harapan.

Selamat HUT PGRI ke-80.
Guru hebat, Indonesia kuat.

Salam blogger persahabatan

Omjay/Kakek Jay

Guru blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Website https://kogtik.com

Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri
Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2