Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Freelancer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Kampung Cempluk Festival Ke-14, Acara Tahunan Karya Pandega Desa yang Patut Diapresiasi

29 September 2024   08:37 Diperbarui: 29 September 2024   08:41 122 4 0

Setelah berjalan sebentar, kemudian saya menemukan pedagang cireng isi ayam, memang sudah termasuk lama jajanan ini ngehits, namun saat itu ingin sekali mengantri dan membelinya. Cirengnya memiliki harga standar, yakni 2500 dapat satu biji, saat itu saya membeli dua dan memilih rasa original atau isi ayam suwir pedas.

Saya memang tidak langsung memakan cireng saat masih hangat keluar dari penggorengan, namun saya sempatkan untuk menonton konser lagu dangdut yang dinyanyikan beberapa orang di panggung utama pertunjukan. Setelah itu, barulah saya makan cireng isi ayamnya, kulitnya cukup keras untuk digigit mungkin karena sudah dingin.

Namun, seketika saya dihibur saat lidah menyentuh isian ayam suwirnya, rasa pedas manis dengan wangi daun jeruk yang khas, juga tipe isian yang tidak terlalu berminyak, seperti sebuah hadiah dari kesalahan tekstur kulit cirengnya, dan saya beri rating 7/10. 

Setelah itu, saya membeli jus jambu tanpa gula, untuk booster vitamin C tubuh saya, satu gelasnya dihargai 6.000 rupiah, jusnya memang agak hambar dan ada sedikit rasa asam khas jambu merah, juga jusnya tipe kental, saya beri rating 8/10.

Kemudian ada jajan terakhir yang saya ingin coba, pentol korea, berupa bakso ukuran kecil yang dibalut dengan telur saat digoreng, kemudian diberi tusuk dan disajikan dengan saus pedas racikan si penjual, satu tusuknya seharga 1000 rupiah isi 3 biji, saya membeli 5000 rupiah. Overall cukup lezat, dan saya beri rating 8/10.

Perut sudah kenyang, akhirnya saya memutuskan untuk pulang, namun saat menuju jalan pulang, saya menjumpai seorang kakek dengan jualan tikus-tikusan yang bisa dijalankan, akhirnya saya menepi dan membeli seekor tikus seharga 10.000 rupiah, saya hanya ingin membagi rezeki kepada kakek tersebut, rencananya tikus-tikusan itu untuk mainan kucing-kucing saya di rumah.

Sensasi yang Ditawarkan Saat Berada Festival

Saya sempat bertanya singkat kepada penjual cireng isi ayam, katanya memang festival kampung cempluk adalah acara tahunan yang ingin mengusung konsep pelestarian kebudayaan khas Indonesia, maka tidak heran, banyak booth selfie maupun booth makanan yang menggunakan bambu dan atap jerami ala-ala tempo dulu.

Beberapa booth selfie juga menggunakan wayang, jarik, dan caping petani sebagai properti yang digunakan untuk hiasan.  Ada booth yang menunjukkan bermacam-macam alat music tradisional asli Indonesia. Juga ada booth yang mengusung konsep ala bali, khas dengan jarik hitam putihnya, dan juga gambar barong sebagai simbol.

Ramainya acara festival tidak sampai membuat berdesakan hingga ricuh, semuanya aman terkendali hingga acara selesai, hawa dingin malang di malam hari membantu suhu udara tetap sejuk, meski terjadi penumpukan warga di titik panggung hiburan.

Salah satu booth untuk spot foto | Dokumen Pribadi
Salah satu booth untuk spot foto | Dokumen Pribadi

Hari Terakhir, Sejenak Menyaksikan Pertunjukkan di Panggung Utama 

Semalam tanggal 28 September adalah acara penutupan Festival Kampung Cempluk, bisa dibayangkan betapa padat dan penuh sesaknya acara festival semalam. Masih ada pertunjukan seperti tari-tarian tradisional, pembacaan puisi, hingga teater, mereka yang tampil pun tidak hanya berasal dari area Malang saja, namun ada yang dari Nganjuk hingga Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3