Guru di SMAN 9 Kota Bekasi yang tertarik menulis di Kompasiana. Penulis reflektif, dan pengamat kehidupan sosial sehari-hari. Menulis bagi saya adalah cara merekam jejak, menjaga kenangan, sekaligus mengolah ulang pengalaman menjadi gagasan yang lebih jernih. Saya tumbuh dari kisah pasar tradisional, sawah, dan gunung yang menjadi latar masa kecil di Cisalak-Subang. Kini, keseharian sebagai guru membuat saya dekat dengan cerita murid, dunia pendidikan, serta perubahan sosial yang terjadi di sekitar kita. Di Kompasiana, saya banyak menulis tentang: pendidikan yang manusiawi, dinamika sosial budaya, kenangan kecil yang membentuk cara pandang, serta fenomena keseharian seperti kafe, pasar, hujan, dan keluarga. Saya punya prinsip tulisan yang baik bukan hanya menyampaikan pendapat, tetapi juga mengajak pembaca berhenti sejenak untuk merenung, tersenyum, atau tergerak untuk berubah.
- Tulis sesuatu yang kita cinta dan kita sukai.
Bapak, Ibu pasti punya orang yang kita cintai bukan? Bagaimana kita menggambarkan orang yang kita cintai. Seperti ibu, ayah, anak, suami, atau orang yang kita sukai untuk yang belum berkeluarga.
Gampang bukan untuk menggambarkannya?
Mulai wajahnya penampilannya, sikapnya. Bahkan senyumnya pun kita bisa melukiskannya dengan jelas.
Kenapa bisa seperti itu?
Kuncinya karena cinta dan suka.
Hindari menulis yang kita benci, karena hasilnya tidak akan obyektif.
Intinya tulis sesuatu yang kita sukai.
Jangan menulis karena terpaksa.
Ingat tulisan yang ditulis dengan terpaksa hanya akan berupa rangkaian huruf tanpa nyawa.
Kosong, bisu dan tak membekas di hati pembaca.