agus hendrawan
agus hendrawan Guru

Guru di SMAN 9 Kota Bekasi yang tertarik menulis di Kompasiana. Penulis reflektif, dan pengamat kehidupan sosial sehari-hari. Menulis bagi saya adalah cara merekam jejak, menjaga kenangan, sekaligus mengolah ulang pengalaman menjadi gagasan yang lebih jernih. Saya tumbuh dari kisah pasar tradisional, sawah, dan gunung yang menjadi latar masa kecil di Cisalak-Subang. Kini, keseharian sebagai guru membuat saya dekat dengan cerita murid, dunia pendidikan, serta perubahan sosial yang terjadi di sekitar kita. Di Kompasiana, saya banyak menulis tentang: pendidikan yang manusiawi, dinamika sosial budaya, kenangan kecil yang membentuk cara pandang, serta fenomena keseharian seperti kafe, pasar, hujan, dan keluarga. Saya punya prinsip tulisan yang baik bukan hanya menyampaikan pendapat, tetapi juga mengajak pembaca berhenti sejenak untuk merenung, tersenyum, atau tergerak untuk berubah.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Tenggelamnya Tanah Leluhur

5 Mei 2024   22:59 Diperbarui: 6 Mei 2024   17:35 1025 17 4

Dari dua pernyataan pejabat di atas jelas sudah kedudukan Waduk Jatigede antara manfaat dan pengorbanan masyarakat sekitar yang harus kehilangan kampung halaman.

Ini bukan masalah besar kecilnya nominal ganti rugi melainkan trauma psikis yang diterima masyarakat tergusur.

Saya mengibaratkannya dengan menempatkan diri saya dan keluarga serta kampung halaman yang saya cintai jika harus mengalami hal serupa.

Mau tidak mau semua kenangan indah dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya baik secara moril maupun materiil harus ditenggelamkan.

Dari situ saya menilai sungguh besar pengorbanan masyarakat Sumedang, demi terwujudnya pembangunan waduk ini.

Kondisi ini menggambarkan dilema yang kompleks antara pembangunan infrastruktur dan dampak sosial serta lingkungan yang ditimbulkannya. 

Di satu sisi, pembangunan Bendungan Jatigede memberikan manfaat dalam hal penyediaan sumber daya air, energi listrik, dan potensi untuk pengembangan pariwisata. Namun, di sisi lain, pembangunan tersebut juga menimbulkan pengorbanan yang besar bagi masyarakat setempat, baik dalam hal kehilangan tanah kelahiran, mata pencaharian, maupun trauma psikis yang mungkin mereka alami.

Pernyataan dari Bupati Sumedang dan Gubernur Jawa Barat menunjukkan upaya untuk mengatasi dampak negatif tersebut dengan mengubahnya menjadi peluang, seperti pengembangan potensi pariwisata dan ekonomi lokal. Namun, penting untuk diingat bahwa solusi-solusi ini mungkin belum mampu sepenuhnya mengatasi dampak sosial dan psikologis yang dialami oleh masyarakat terdampak.

Dalam konteks seperti ini, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk terus berupaya memperhatikan dan mengatasi dampak negatif yang timbul, baik dengan memperbaiki mekanisme kompensasi dan pemulihan ekonomi masyarakat terdampak, maupun dengan memberikan dukungan psikologis bagi mereka yang mengalami trauma. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan sejak awal pembangunan proyek dapat membantu mengidentifikasi dan mengurangi potensi dampak negatif yang akan timbul.

Selain itu masyarakatnya sendiri dipandang perlu untuk:

Memastikan bahwa komunikasi antara pemerintah dan masyarakat terdampak berjalan dengan baik. Sediakan forum atau pertemuan reguler di mana masyarakat dapat mengungkapkan kekhawatiran, pertanyaan, dan ide-ide mereka. Ini akan membantu membangun kepercayaan dan memberikan rasa memiliki kepada masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3