agus hendrawan
agus hendrawan Guru

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Tenggelamnya Tanah Leluhur

5 Mei 2024   22:59 Diperbarui: 6 Mei 2024   17:35 1021 17 4

Waduk Jatigede dokpri
Waduk Jatigede dokpri


Perjalanan saya ke Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang meninggalkan berbagai kesan, selain kesan keindahan hamparan air yang memukau ternyata Waduk ini juga meninggalkan sekelumit cerita masyarakat setempat yang merasa kehilangan tanah kelahiran mereka yang ditenggelamkan dan juga kehilangan mata pencaharian.

Menara Kujang Sepasang dokpri
Menara Kujang Sepasang dokpri

Masjid Al-Kamil gambar dokpri
Masjid Al-Kamil gambar dokpri

Hal ini juga ditegaskan pihak terkait yang pernyataannya saya temukan di banner-banner yang dipajang di dalam Menara Kujang Sepasang yang dibangun bersama mesjid Al-Kamil di pinggir waduk, diantaranya:

"Meski memiliki Insun Medal Insun Madangan (Aku Lahir Aku Menerangi), namun pembangunan Bendungan Jatigede adalah hutang modal pemerintah pada pengorbanan warga Sumedang. Tidak cukup kampung halaman yang ditenggelamkan, mereka juga dimiskinkan karena kehilangan mata pencaharian. Ada trauma kesedihan dan putus asa karena merasa disia-siakan.

Menara Kujang Sepasang adalah usaha mengubah trauma kesedihan itu menjadi harapan. Destinasi wisata ini akan menjadi magnet dan ikon Sumedang. Kelak orang akan merasa belum pernah mengunjungi Sumedang, jika belum melancong ke Menara Kujang Sepasang. Dari sinilah menggeliatnya pertumbuhan ekonomi dan energi kreatif warga. Tidak ada lagi kesedihan dan perasaan disia-siakan. Di depan mereka kini terhampar menara harapan, seperti kemegahan budaya Sunda yang disimbolkan Menara Kembar Kujang Sepasang. _(Dony Ahmad Munir, Bupati Sumedang)

"Warga Sumedang berkorban dalam proyek Jati Gede belasan tahun lalu. Ironis air proyek bendungan ini tidak dinikmati oleh mereka "geus mah kami teh digusur, caina kubatur (selain harus tergusur, ternyata airnya juga buat orang lain)" . Sebagai Gubernur saya dihadapkan pada dua pilihan. Antara diam saja atau mengambil inisiatif melakukan sesuatu. Selalu begitu kodrat seorang Pemimpin. Diam tidak berani mengambil resiko, atau Bismillah melakukan sesuatu dengan berbagai konsekuensinya.

Saya selalu mengambil pilihan yang kedua. Bagi saya, seburuk-buruknya Pemimpin adalah yang cicing wae (diam saja). Tidak berani mengambil keputusan. Lebih baik mengambil keputusan yang mungkin keliru namun bisa diperbaiki, dari pada berdiam diri ditengah kesusahan rakyat karena ingin cari aman.

Maka di tempat yang sangat indah ini saya memutuskan menciptakan potensi ekonomi lokal yang mudah dan masuk akal, yakni Pariwisata. Potensi ekonomi yang bisa dinikmati oleh warga Sumedang, yang juga terhubung dengan fenomena baru dalam sepuluh tahun terakhir ini, yaitu foto-foto ekonomi atau selfie ekonomi. Dalam paya melahirkan tujuan ekonominya, tujuan itu berpijak pada penggalian spirit budaya Sunda, agama dan teknologi. _ (Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat)

Dari dua pernyataan pejabat di atas jelas sudah kedudukan Waduk Jatigede antara manfaat dan pengorbanan masyarakat sekitar yang harus kehilangan kampung halaman.

Ini bukan masalah besar kecilnya nominal ganti rugi melainkan trauma psikis yang diterima masyarakat tergusur.

Saya mengibaratkannya dengan menempatkan diri saya dan keluarga serta kampung halaman yang saya cintai jika harus mengalami hal serupa.

Mau tidak mau semua kenangan indah dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya baik secara moril maupun materiil harus ditenggelamkan.

Dari situ saya menilai sungguh besar pengorbanan masyarakat Sumedang, demi terwujudnya pembangunan waduk ini.

Kondisi ini menggambarkan dilema yang kompleks antara pembangunan infrastruktur dan dampak sosial serta lingkungan yang ditimbulkannya. 

Di satu sisi, pembangunan Bendungan Jatigede memberikan manfaat dalam hal penyediaan sumber daya air, energi listrik, dan potensi untuk pengembangan pariwisata. Namun, di sisi lain, pembangunan tersebut juga menimbulkan pengorbanan yang besar bagi masyarakat setempat, baik dalam hal kehilangan tanah kelahiran, mata pencaharian, maupun trauma psikis yang mungkin mereka alami.

Pernyataan dari Bupati Sumedang dan Gubernur Jawa Barat menunjukkan upaya untuk mengatasi dampak negatif tersebut dengan mengubahnya menjadi peluang, seperti pengembangan potensi pariwisata dan ekonomi lokal. Namun, penting untuk diingat bahwa solusi-solusi ini mungkin belum mampu sepenuhnya mengatasi dampak sosial dan psikologis yang dialami oleh masyarakat terdampak.

Dalam konteks seperti ini, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk terus berupaya memperhatikan dan mengatasi dampak negatif yang timbul, baik dengan memperbaiki mekanisme kompensasi dan pemulihan ekonomi masyarakat terdampak, maupun dengan memberikan dukungan psikologis bagi mereka yang mengalami trauma. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan sejak awal pembangunan proyek dapat membantu mengidentifikasi dan mengurangi potensi dampak negatif yang akan timbul.

Selain itu masyarakatnya sendiri dipandang perlu untuk:

Memastikan bahwa komunikasi antara pemerintah dan masyarakat terdampak berjalan dengan baik. Sediakan forum atau pertemuan reguler di mana masyarakat dapat mengungkapkan kekhawatiran, pertanyaan, dan ide-ide mereka. Ini akan membantu membangun kepercayaan dan memberikan rasa memiliki kepada masyarakat.

Informasi yang jelas tentang manfaat jangka panjang dari pembangunan Bendungan Jatigede, seperti penyediaan air bersih, listrik, dan potensi ekonomi dari pariwisata. Masyarakat perlu memahami bahwa ada kompromi yang harus dibuat untuk mendapatkan manfaat ini.

Sediakan layanan dukungan psikologis bagi masyarakat yang mengalami trauma psikis akibat kehilangan tanah kelahiran dan mata pencaharian. Ini dapat membantu mereka mengatasi perasaan putus asa dan membangun kembali rasa optimisme dan harapan.

Dorong pengembangan usaha-usaha lokal yang dapat memberikan peluang pekerjaan dan sumber penghasilan baru bagi masyarakat terdampak. Inisiatif seperti pelatihan keterampilan, pendampingan usaha kecil, dan akses modal dapat membantu masyarakat membangun kembali kehidupan mereka.

Libatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait rencana pembangunan dan penanganan dampaknya. Mereka harus merasa bahwa suara mereka didengar dan dipertimbangkan dalam setiap langkah yang diambil.

Fokus pada upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat melalui pembangunan infrastruktur sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum lainnya. Ini akan membantu masyarakat melihat bahwa pembangunan tidak hanya memberikan kerugian, tetapi juga memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari mereka.

Dengan mengimplementasikan kiat-kiat ini, diharapkan masyarakat dapat merasa lebih termotivasi untuk menyikapi masalah ini dengan sikap yang positif dan proaktif, serta merasa lebih didukung dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Mungkin saya terlambat mengemukakan opini ini mengingat dahulu sudah melalui proses yang panjang dan komprehensif sebelum mega proyek ini benar-benar direalisasikan.

Tapi saya berharap opini ini bisa berkontribusi demi kebijakan positif yang telah diambil dan menentukan langkah selanjutnya.




HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3