agus hendrawan
agus hendrawan Guru

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Ketika Burung Kutilang Berkicau di Pohon Mangga

25 September 2025   13:56 Diperbarui: 25 September 2025   19:41 164 16 4

Setiap pagi saat lampu jalanan masih menyala dan udara masih terasa dingin, ada suara yang selalu memancing rasa penasaran saya. Dari arah pohon mangga tak jauh dari rumah terdengar kicauan aneh, bukan suara burung yang biasa saya dengar. 

Suaranya lebih mirip racauan, seperti percakapan terburu-buru tanpa jeda. Riuh namun samar, tersembunyi di balik rimbunnya dedaunan.

Selama beberapa hari, saya mencoba mendekati dan meyakinkan suara binatang apa gerangan? Perlahan, hati-hati, bahkan sampai menahan napas. Namun wujud pemilik suara tetap tak terlihat, meski suaranya terdengar semakin jelas ketika saya berada persis di bawahnya. 

Mereka seolah sengaja bersembunyi, membuat saya semakin penasaran. Saya pun mulai merekamnya, sekaligus berharap bisa mengetahui makhluk apa yang begitu ramai menyambut pagi dari balik dedaunan itu.

Hingga akhirnya, pagi tadi menjadi jawaban dari semua rasa penasaran itu. Saat langit mulai memucat dan lampu jalanan mulai padam, akhirnya mereka keluar. 

Sekelompok burung kecil muncul dari balik rimbun pohon mengepakkan sayapnya yang mungil, lalu beterbangan kesana-kemari. Suara yang tadinya seperti racauan, kini berubah menjadi kicauan merdu yang saya kenal baik: burung kutilang!

Suara misteri dipagi hari.(Sumber: Dokumen Pribadi)
Suara misteri dipagi hari.(Sumber: Dokumen Pribadi)

Saya berdiri menyaksikannya dengan rasa takjub dan haru, misteri yang saya ikuti berhari-hari akhirnya terpecahkan. Saya melihat mereka hinggap di kabel listrik, di ranting-ranting yang terbuka, lalu terbang lagi sambil berkicau riang. 

Sebelumnya saat mereka masih bersembunyi di balik dedaunan subuh tadi, suara yang terdengar lebih intens: bukan kicauan indah, melainkan seperti racauan panjang tanpa jeda, seperti manusia yang bicara terburu-buru. 

Namun begitu langit pagi mulai terang, suara mereka berubah menjadi kicauan merdu yang teratur.

Saya pun berpikir, mungkin itu adalah "percakapan pagi" versi mereka, semacam ritual untuk saling menyapa sebelum memulai hari. Sama seperti kita yang saling mengucap selamat pagi sebelum bekerja. 

Betapa bahagianya menyaksikan bentuk bahasa yang mereka gunakan, semua makhluk hidup ternyata punya cara masing-masing dalam berinteraksi.

Namun kebahagiaan itu sekaligus mengingatkan rasa prihatin. Sekumpulan burung yang hidup bebas, berlarian di udara, berkicau di ranting pohon, membuat saya berpikir: seandainya semua burung di dunia bisa hidup seperti itu, berdampingan dengan manusia tanpa harus takut ditangkap serta dipisahkan dari habitatnya.

Karena kenyataannya justru sebaliknya, bahkan di hutan dan sawah yang seharusnya menjadi rumah mereka, banyak burung yang ditangkap untuk diperjualbelikan.

Mereka dimasukkan ke dalam "sangkar emas" seolah itu bentuk kasih sayang, padahal tetap saja itu penjara. Bagi manusia, kicauannya mungkin menjadi hiburan. Tapi bagi burung, itu adalah kebebasan yang dirampas.

Bayangkan suara kicauan yang saya dengar pagi tadi yang begitu merdu dan hidup, mungkin tak akan pernah terdengar jika semua burung itu ditangkap dan dipenjara. 

Bukankah lebih indah ketika kita bisa menikmati kicau burung yang terbang bebas di alam, tanpa merasa bersalah karena ikut mendukung perniagaan yang merampas kebebasan mereka?

Saya melihat harmoni rapuh, sebuah momen langka ketika manusia dan makhluk lain bisa hidup berdampingan tanpa saling mengganggu. 

Mereka berkicau di pohon mangga dan di kabel listrik padat penduduk tanpa merasa terancam. Pemandangan begitu indah, yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Mungkin, inilah salah satu contoh hidup yang selaras dengan alam.
Bukan masalah siapa yang lebih kuat atau siapa yang berhak memiliki, melainkan tentang saling menghargai ruang hidup masing-masing. 

Kita tidak perlu mengusir mereka, apalagi memenjarakan mereka. Kita hanya perlu memberi ruang agar mereka tetap bisa menjadi diri mereka sendiri.

Saya yakin jika setiap orang mau sedikit saja mengubah cara pandangnya, dunia ini bisa terasa lebih indah. 

Tidak perlu menunggu sesuatu yang besar, cukup dengan tidak membeli burung tangkapan, tidak merusak habitatnya, dan menghargai keberadaan makhluk kecil di sekitar kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3