Akhmad Fourzan Arif Hadi P
Akhmad Fourzan Arif Hadi P Lainnya

Saya adalah seorang pria disabilitas daksa yang memiliki kegemaran berkelana, berdiskusi, dan tentu saja ngopi di berbagai kedai formal (seminar, workshop, dan ruang-ruang diskusi lainnya) serta kedai non formal. Urusan menulis artikel tidak begitu mahir. Nama panggilan saya adalah ITONG.

Selanjutnya

Tutup

Video

Harjo Farm: Sebait Film, Setangkai Inovasi dari Desa Lampeji #KompasianaDESA

21 Juni 2025   03:33 Diperbarui: 21 Juni 2025   03:44 171 1 0

Harjo Farm Lestari Desa Lampeji (Sumber: Youtube TVDesa Jember)
Harjo Farm Lestari Desa Lampeji (Sumber: Youtube TVDesa Jember)

Di sebuah desa yang bernama Lampeji, angin pagi berhembus pelan, membawa aroma segar dari rerumputan yang baru tersentuh embun. Di bawah kaki sebuah peggunungan yang berada di Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember, suara "mbek" menggema --- tidak sebagai keluhan, melainkan sebagai lagu pagi. Di sinilah mereka tinggal: kambing-kambing dan domba-domba dengan silsilah bangsawan dari Australia dan Nigeria, tapi bersahaja seperti penduduk desa yang memeliharanya.

Namanya Harjo Farm Lestari. Tapi jangan bayangkan kandang tradisional penuh lumpur dan bau. Tempat ini menolak menjadi sekadar peternakan. Ia lebih mirip studio film "Shaun The Sheep versi nyata," celetuk seorang pengunjung. Dan memang begitu rasanya. Bersih, rapi, dan mengundang anak-anak untuk tertawa, bukan menutup hidung.

 Dari Kamera ke Kandang: Cerita yang Ditangkap Pandu

Sore itu, Pandu, reporter dan juru kamera dari TVDesa Jember, menyandang DJI Action 3 di tangan dan drone Mini 3 di pundaknya. Bersama Andik Supriadi dan penulis, kami bertiga menyusuri jalan setapak menuju kandang berkonsep Eropa. Tak ada papan nama besar. Tapi begitu masuk, pandangan langsung disambut dengan susunan kandang bergaya Belanda, kafe mungil di pinggir sawah, dan suasana yang lebih mirip taman bermain dibanding peternakan.

"Kalau dulu anak saya, saya ajak ke kandang, dia ogah. Sekarang dia yang ngajak saya ke sini," ucap pemilik Harjo Farm dengan tawa ringan. Dalam dunia ilmiah, ini disebut livestock innovation with sensory approach yaitu pendekatan peternakan yang mempertimbangkan aspek estetika, kenyamanan, dan edukasi sosial.

 Peternakan Ini Punya Silsilah

Ternaknya bukan sembarangan. Domba-domba dengan telinga turun dan badan kekar adalah hasil impor langsung dari Australia. Beberapa kambing adalah hasil kawin silang dengan genetika Nigeria. Semua tercatat rapi: dari siapa induknya, kapan dikawinkan, hingga bobot lahirnya. Bagi pecinta data, ini adalah surga genetika.

"Di sini semua ada riwayatnya," kata sang pemilik. "Bapaknya siapa, kawinnya kapan, lahirnya tanggal berapa, bobotnya berapa. Semua tercatat."

Ini adalah bentuk implementasi precision farming dalam skala mikro. Bukan hanya tentang beternak, tapi juga tentang membangun sistem informasi ternak berbasis data, sesuatu yang jarang disentuh oleh peternakan desa pada umumnya.

 Susu, Kopi, dan Ruang Aman

Setiap pengunjung yang membayar tiket Rp8.000 akan mendapatkan segelas susu kambing lengkap dengan pilihan rasa seperti sirsak, vanilla, dan lainnya. Selain itu tersedia juga kopi robusta maupun arabika. "Susu ini baik untuk usus dan jantung," ujar Andik, seolah memadukan promosi dan edukasi gizi.

Ada juga kafe kecil tempat pengunjung bisa duduk santai sambil melihat kambing bermain. Musala, toilet bersih, tempat wudhu, bahkan area foto prewedding tersedia meski tempat ini tak pernah menyebut diri sebagai destinasi wisata. "Saya tidak ingin terbebani oleh hak-hak pengunjung layaknya tempat wisata," katanya tegas. Maka, Harjo Farm berdiri sebagai peternakan yang ramah, bukan sebagai tempat selfie semata.

 Dari Bibit ke Branding: Konsep Kemitraan yang Inklusif

Menariknya, ternak di Harjo Farm tidak hanya milik pribadi. Sistem kemitraan diberlakukan. Teman-teman peternak menitipkan kambing dan dombanya, sementara manajemen dilakukan secara terpusat. Ini menciptakan efisiensi, transparansi, dan branding kolektif. Dalam istilah ekonomi desa, ini bisa disebut shared agribusiness platform sebuah cara baru mengelola peternakan berbasis kemitraan, berbagi keuntungan, dan tentu, berbagi tanggung jawab.

 Bukan Sekadar Bertani --- Ini Ruang Hidup

"Saya ingin tinggal di tengah sawah, tapi berisiko," ujar pemilik sambil tertawa. "Jadi saya tinggal di tengah kandang. Bangun pagi disambut kambing, tidur malam ditemani domba."

Ia tidak sekadar menciptakan tempat ternak, tapi ekosistem hidup. Setiap bilah kayu di kandang, setiap pagar kawat, dan setiap bunyi kambing adalah bagian dari narasi besar bahwa pertanian dan peternakan bisa menjadi bagian dari gaya hidup yang bersih, sehat, dan membahagiakan.

 Datanglah dan Rasakan Sendiri

Jika suatu hari Kompasianer ingin mendengar suara kambing bersahutan dengan kicau burung, menikmati susu rasa sirsak sambil menatap perbukitan, atau sekadar melihat bagaimana domba bisa jadi bagian dari mimpi desa yang tertata maka datanglah ke Harjo Farm Lestari, di Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember.

Tempat ini bukan wisata, tapi lebih dari sekadar peternakan. Ia adalah mimbar kecil bagi inovasi desa yang tenang, bersahaja, tapi revolusioner.

 Dan jika kamu belum bisa datang langsung...

Yuk, tonton liputan lengkapnya di channel YouTube TVDesa Jember 
Jangan lupa subscribe, like, dan tinggalkan komentar sebagai bentuk dukunganmu untuk konten desa yang edukatif dan inspiratif.

Salam Berdesa!
Itong --- Pegiat Desa Inklusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3