Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Petani

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Upacara Tahakeb Bahane, Simbol Penting dari Rumah Adat Atoni Biboki Pah Timor

1 Oktober 2024   04:24 Diperbarui: 1 Oktober 2024   11:05 816 28 9


Bahane atau disebut pula dengan Aitos adalah tempat melakukan pemujaan pada Tuhan yang Maha Tinggi dan sebagai sarana untuk membangun komunikasi dengan leluhur.

Ini adalah sarana yang dimiliki subrumpun suku Dawan-Biboki yang hidup menetap di perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Belu, Timor Barat, Provinsi NTT. 

Mereka menamakan diri sebagai atoni (orang) yang hidup di pah (daerah) Timor. Selain itu, mereka juga menyebut dirinya sebagai Atoni pah meto (orang dari daerah kering).

Setiap suku, memiliki rumah adatnya masing-masing dengan sebutan yang berbeda, Sonaf untuk rumah adat dari kalangan usif (bangsawan) dan ume untuk kalangan yang bukan usif. 

Di dalam rumah adat Atoni Biboki, Bahane atau Aitos menjadi salah satu wahana penting dan menjadi kesatuan utuh dengan seluruh komponen yang ada di dalam bangunan rumah adat.

Fungsi Bahane dalam Perspektif Atoni Biboki

Fungsi penting dari Bahane yang biasanya didirikan di depan rumah adat, adalah sebagai berikut:

  • Tempat pemujaan kepada yang Maha Tinggi.
  • Sebagai wahana komunikasi dengan leluhur.
  • Menjadi salah satu simbol kekuatan suku pemilik rumah adat.

Oleh karena itu, Bahane menjadi tempat yang sakral karena digunakan untuk melakukan berbagai ritual pemujaan dan membangun komunikasi dengan para leluhur.

Melalui Bahane ini, Atoni Biboki datang untuk memuji Yang Maha Tinggi, sekaligus meminta perlindungan dan keselamatan dari musibah yang bisa ditimpakan kepada mereka, baik oleh Yang Maha Tinggi maupun dari para leluhur.

Selain itu, Bahane juga menjadi sarana untuk memperbaiki hubungan dengan para leluhur. Misalnya, ada leluhur yang namanya tidak disebut dalam suatu kegiatan besar, maka bisa meminta maaf lewat Bahane dengan membawa korban berupa ternak.

Tahapan mendirikan Bahane di Rumah Adat

Mendirikan atau Tahakeb Bahane di rumah adat juga dilakukan melalui berbagai tahapan.

Biasanya didirikan setelah pembangunan rumah adatnya rampung, baik Bahane yang baru atau pembaruan karena kayunya yang sudah lapuk.

Selain kayu, ada juga Fatubena (batu pelat) yang disimpan di atas salah satu Bahane yang dipotong datar. 

Di atas Fatubena inilah, biasanya dibentangkan kain adat, lalu di atas kain ini disimpan suatu wadah anyaman (kasui atau tupa) yang berisi pinang, dan sarana pemujaan seperti  gelang perak, kalung muti, dan sedikit beras serta sajian makanan setelah dimasak.

Sementara ternak yang akan dikorbankan biasanya diletakkan di tumpukan bebatuan seperti altar yang mengelilingi bagian Bahane

Persiapan terakhir untuk menanamkan tiang Bahane di tempat yang telah disediakan di depan rumah adat (dok foto: Greg Nafanu)
Persiapan terakhir untuk menanamkan tiang Bahane di tempat yang telah disediakan di depan rumah adat (dok foto: Greg Nafanu)

Adapun tahapan-tahapan mendirikan Bahane di rumah adalah sebagai berikut.

1. Persiapan
Tahapan persiapan dimulai dari pencarian kayu yang berkualitas tinggi. Kayu yang biasa dipakai adalah dari matani (sonokeling) yang dikupas hingga mendapatkan bagian kayu yang bagus saja.

Kayu yang sudah dibersihkan dan dihaluskan tersebut kemudian diukir dengan menggunakan peralatan lokal yang dimiliki. 

Jika sudah siap, kayu pilihan ini lalu dibawa ke dekat rumah adat. Disimpan di situ hingga ada upacara untuk menanamnya. 

2. Upacara Mendirikan Bahane
Di Sonaf Nafanu, ada 4 Bahane yang didirikan berdampingan. Ada dua Bahane besar,  yang pertama melambangkan penghormatan kepada Neno Biboki, dan kedua untuk pemujaan kepada leluhur.

Selain itu, ada dua Bahane yang ukurannya lebih kecil, digunakan untuk mengucap syukur atas perolehan ternak sekaligus meminta kelimpahan ternak selama satu tahun ke depan. Satu lagi, untuk meminta kesuburan tanah agar hasil panen berlimpah.

Upacara mendirikan Bahane diawali dengan takanab atau ntoe, semacam doa dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan hari ini, sekaligus meminta agar apa yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar.

Sebelum didirikan, tiang Bahane dililit dengan kain adat sebaga bentuk pernghormatan kepada tiang-tiang ini. Kemudian dipikul dan dimasukkan dalam lubang yang telah digali.

Sementara para pria memasukkan tiang ke dalam lubang yang sudah dipersiapkan, para wanita mengiringinya dengan likurai di sekitar tempat Bahane ditanam. 

Setelah selesai mendirikan tiang Bahane, langkah selanjutnya adalah meletakkan Fatubena di atas tiang bahane dan membuat altar dari batu di bawah tiang Bahane tersebut.

3. Pericikan Air
Tahap terakhir adalah mericiki Bahane dengan air kelapa muda. Di dalam Sonaf Nafanu, mericiki tiang Bahane dengan menggunakan daun kusambi. Sementara  buah kelapa muda dilingkari dengan alang-alang.

Pericikan merupakan suatu tanda pengesahan bahwa Bahane yang didirikan sudah selesai proses pendiriannya dan sudah boleh digunakan untuk melakukan pemujaan terhadap Yang Maha Tinggi dan menjalin komunikasi dengan leluhur.

Upacara tahakeb bahane di sonaf Nafanu, diiringi tarian likurai (dok foto: Greg Nafanu)
Upacara tahakeb bahane di sonaf Nafanu, diiringi tarian likurai (dok foto: Greg Nafanu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3