Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Tarian Jai (baca: Ja'i) adalah salah satu bentuk tarian tradisional masyarakat Ngada, yang terletak di wilayah Flores, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini bukan hanya pertunjukan seni, tetapi juga sarana penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat.
Jai biasanya ditampilkan dalam upacara adat, penyambutan tamu, pesta panen, hingga perayaan sukacita lainnya. Tarian ini melibatkan partisipasi kolektif dan mencerminkan semangat kebersamaan serta nilai gotong royong yang kuat.
Dalam pelaksanaannya, Jai dilakukan secara beramai-ramai oleh laki-laki dan perempuan. Para penari membentuk lingkaran besar atau setengah lingkaran, kemudian bergerak secara ritmis mengikuti irama musik tradisional.
Musik pengiring Jai terdiri dari alat musik seperti gong, tambur, dan kadang-kadang suling bambu. Ritme musiknya berulang dan menghentak, menciptakan suasana yang penuh semangat dan membangkitkan energi kolektif.
Dalam acara-acara zaman sekarang, langsung diiringi dengan musik dan lagu khusus Jai yang cukup banyak ragamnya namun iramanya tetap sama.
Gerakan tarian Jai cukup sederhana, dengan langkah-langkah kaki kecil ke kanan dan ke kiri yang diiringi ayunan tangan dan tubuh. Meski tidak rumit, gerakannya dilakukan dengan kekompakan dan irama yang seragam.

Para penari biasanya mengenakan pakaian adat khas Ngada, seperti kain tenun berwarna gelap dengan motif-motif simbolik. Busana ini melambangkan identitas budaya dan nilai-nilai leluhur yang dijunjung tinggi.
Namun kini tarian Jai ditarikan dalam berbagai event seperti pernikahan, pesta adat, hingga pertemuan-pertemuan yang ada unsur pelaksanaan acara keakaraban atau fraternitasnya.
Dalam beberapa konteks, tarian Jai memiliki fungsi spiritual dan ritual. Ia dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada roh leluhur serta permohonan berkat untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Sebagai tarian yang bersifat partisipatif, Jai tidak mengenal batas usia. Anak-anak hingga orang tua dapat ikut menari bersama, menjadikannya media pengikat antar generasi dalam menjaga tradisi.
Selain aspek budaya, tarian Jai juga memiliki makna sosial. Melalui tarian ini, masyarakat saling mempererat hubungan kekeluargaan, memperkuat solidaritas, dan menyelesaikan konflik secara simbolis.
Waktu pelaksanaan Jai bisa berlangsung lama, bahkan hingga berjam-jam. Namun kelelahan tidak dirasakan karena nuansa kegembiraan dan semangat kebersamaan yang begitu kuat.