Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Sumber: https://www.youtube.com/@gnafanu
Dalam dunia kopi, kadar air bukan sekadar angka. Ia menjadi penentu kualitas, ketahanan, hingga rasa akhir dari secangkir kopi.
Mempelajari kadar air pada biji kopi, baik saat proses pengeringan maupun penyimpanan, merupakan langkah krusial bagi petani, pelaku pasca panen, hingga roaster profesional.
Kita langsung saja ke intinya, apa manfaat mengetahui kadar air (KA) biji kopi?
Mari bersama ibu rumah tangga (IRT) dari Belida, Dusun Bukit Jambi, Kp. Gunung Katun, Kecamatan Baradatu, Kabupaten Way Kanan, Lampung.
Kadar air yang tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan penurunan mutu kopi. Termasuk aroma dan rasa akhir dalam secangkir kopi.
Biji kopi yang terlalu basah atau terlalu kering bisa menyebabkan fermentasi berlebih, pertumbuhan jamur, dan rasa yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, pengukuran kadar air secara berkala adalah keharusan dalam proses pascapanen.
Saat biji kopi dijemur, target kadar air ideal yang harus dicapai adalah sekitar 11-12%.
Proses ini memastikan bahwa biji kopi cukup kering untuk mencegah pembusukan, namun tidak terlalu kering hingga rapuh atau kehilangan cita rasa alaminya.
Jika kadar air di atas 13%, biji kopi sangat rentan terhadap kontaminasi jamur, seperti Aspergillus atau Penicillium.
Jamur ini tidak hanya merusak kualitas fisik kopi, tetapi juga bisa menimbulkan risiko kesehatan karena memproduksi mikotoksin berbahaya.