Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Sumber: https://www.youtube.com/@gnafanu/shorts
Baradatu adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Way Kanan, Lampung. Walaupun tidak menjadi ibu kota kabupaten, Baradatu menjadi pusat kegiatan yang tak bisa dianggap enteng.
Seperti apa sih gambaran sepintas Baradatu dulu dan sekarang? Yuk, kita intip video pendeknya sambil membaca narasi singkat berikut ini.
Awal mula dan masa kolonial
Baradatu mulanya berstatus Negeri (sejenis desa) di bawah kekuasaan Kawedanan Blambangan Umpu.
Negeri ini membawahi kampung-kampung seperti Gunung Labuhan, Tiuh Balak, Gunung Katun, Cugah, dan Banjarmasin di tepi Way Besay (sungai besar).
Transmigrasi dan pertumbuhan penduduk
Pada era 1957-1958, Baradatu mulai ramai oleh gelombang transmigran dari Jawa.Mereka berasal dari Yogyakarta, Surabaya, Bojonegoro, Bandung.
Membentuk kampung-kampung baru di wilayah barat jalan lintas. Diantaranya Taman Asri, Campur Asri, dan Mekar Asri.Nama-nama kota asal pun sering digunakan sebagai sebutan oleh penduduk transmigran Baradatu.
Tidaklah mengherankan jika di sini ada nama seperti Cirebon, Semarang, dan sebagainya.
Perubahan administratif
Seiring kontak lebih banyak, Baradatu berkembang dari status desa menjadi ibu kota kecamatan.
Saat ini nama kampung-kampung yang dulu berkembang tersebut masuk sebagai kelurahan administratif di Kecamatan Baradatu.
Ekonomi lokal: pertanian dan perdagangan
Sebagai kawasan subur, Baradatu menjadi pusat ekonomi Kabupaten Way Kanan. Mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang hasil bumi, terutama lada dan kopi yang terkenal kualitasnya.
Konsentrasi perdagangan adanya di Tiuh Balak Pasar terdapat pasar pagi, terminal kecil, dan pengumpulan retribusi lokal yang ada di pasar.
Lokasi strategis di lintas Sumatera
Terletak di jalur Lintas Tengah Sumatera, Baradatu menjadi titik istirahat populer bagi bus dan truk antarkota.
Banyak warung, kios, dan lapak buah/ kopi di tepi jalan, menjadikan Baradatu selalu ramai sepanjang hari.
Pusat pendidikan kecamatan
Saat ini Baradatu dikenal sebagai pusat pendidikan Way Kanan. Ada SMA negeri dan SMK Negeri. Ada juga sekitar empat SMP negeri.Banyak juga sekolah swasta seperti RA, MI, MTs, MA (Yayasan Mathla’ul Anwar).
Selain itu, ada pula SMP Muhammadiyah, SMK & kampus STAI Al‑Ma’arif, TK‑SMP‑SMA Bhakti, dan bahkan kelas jauh UBL & STKIP Metro.
Teknologi dan akses internet
Sekolah seperti SMP Negeri 1 Baradatu sudah terkoneksi internet. Hal ini menandai kemajuan dalam infrastruktur pendidikan dan teknologi lokal.
Citra budaya: Tugu Perahu dan keramaian sore
Tiuh Balak Pasar memiliki Tugu Perahu sebagai ikon lokal yang menjadi titik kumpul, khususnya saat sore atau bulan Ramadan.
Meskipun fasilitasnya sederhana, pasar kuliner malam itu ramai pengunjung dan pelaku usaha lokal Baradatu.
Pusat budaya dan kesenian rakyat
Baradatu juga menjadi tempat pagelaran budaya tradisional seperti kuda lumping.
Misalnya, acara di Lapangan Semarang Kampung Bhakti Negara yang diselenggarakan SMSI dilihat ribuan warga dan menghidupkan ekonomi pelaku usaha kecil lokal.
Modernisasi dan peran administrasi saat ini
Secara administratif, Kecamatan Baradatu memiliki luas sekitar 120 km² dan populasi sekitar 45.958 jiwa (perkiraan mid‑2024).Kecamatan ini meliputi 22 Kelurahan dan Kampung.
Lima kelurahan yang ada, yaitu Campur Asri, Taman Asri, Tiuh Balak Pasar, Banjar Negara, dan Mekar Asri.
Pengen berkunjung ke Baradatu? Silakan! Ada juga beberapa penginapan yang standar dan bersih. Jadi tak perlu khawatir akan akomodasi di sini.***