Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Mekanisme ini membuat pohon tetap hidup tanpa harus terus-menerus menyerap air dari tanah yang mulai mengering.
Manusia dapat belajar banyak dari perilaku adaptif pohon jati, terutama dalam konteks perubahan iklim dan krisis air.
Salah satu pelajaran penting adalah bagaimana kita bisa menyesuaikan kebutuhan dengan kondisi lingkungan, termasuk mengurangi konsumsi air saat pasokan sedang terbatas.
Dalam kehidupan sehari-hari, bentuk adaptasi ini bisa diwujudkan dengan menerapkan prinsip efisiensi air di rumah tangga.
Misalnya, menggunakan air bekas cucian sayur untuk menyiram tanaman, memperbaiki keran yang bocor, atau menggunakan teknologi hemat air pada toilet dan shower.
Di bidang pertanian, prinsip ini dapat diadopsi dengan penggunaan irigasi tetes atau penanaman varietas tanaman tahan kering.
Seperti pohon jati yang menyesuaikan kebutuhan airnya, petani pun bisa memilih metode tanam yang sesuai dengan ketersediaan air agar produksi tetap berlanjut di musim kemarau.
Pola hidup minimalis juga bisa dikaitkan dengan filosofi pohon jati. Mengurangi konsumsi yang tidak perlu dan memilih hidup sederhana adalah bentuk adaptasi sosial yang mencerminkan kesadaran terhadap keterbatasan sumber daya, termasuk air bersih.
Dalam skala yang lebih besar, pengelolaan kota dan infrastruktur berbasis konservasi air perlu dikembangkan.
Contohnya seperti penggunaan sistem penampungan air hujan dan daur ulang air limbah.
Pohon jati memberikan inspirasi bahwa mengelola air dengan bijak adalah kunci untuk bertahan dalam kondisi ekstrem.