Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Petani

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Belajar dari Pohon Jati, Cara Cerdas Hemat Air di Musim Kemarau

5 Agustus 2025   14:22 Diperbarui: 5 Agustus 2025   17:58 391 19 8


Pernahkah mengamati pohon jati (Tectona grandis) menggugurkan daunnya di musim kemarau

Perilaku ini bukanlah kebetulan atau bentuk kerusakan, melainkan strategi adaptasi yang cerdas untuk bertahan hidup di tengah keterbatasan air

Dengan menggugurkan daunnya, pohon jati mengurangi penguapan air melalui proses transpirasi yang terjadi pada permukaan daun.

Transpirasi adalah mekanisme di mana tanaman kehilangan air ke atmosfer melalui stomata, pori-pori kecil yang ada di daun. 

Saat musim hujan, transpirasi membantu pohon menyerap air dan nutrisi secara optimal. 

Namun di musim kemarau, mempertahankan daun justru akan mempercepat kekeringan internal karena air di dalam tubuh pohon akan lebih cepat menguap.

Dengan menggugurkan daunnya, pohon jati secara efektif menutup sebagian besar jalur penguapan air. 

Ini adalah bentuk penghematan air alami yang sangat efisien. Tanpa daun, pohon dapat mengurangi kebutuhan air secara drastis dan bertahan hidup lebih lama sampai datangnya musim hujan berikutnya.

Selain menghemat air, pohon jati juga memperlambat aktivitas metabolisme selama musim kering. Proses ini disebut sebagai dormansi.

Dormansi ini bertujuan untuk mengurangi aktivitas pertumbuhan untuk menghindari penggunaan energi dan air yang berlebihan.

Mekanisme ini membuat pohon tetap hidup tanpa harus terus-menerus menyerap air dari tanah yang mulai mengering.

Belajar hemat air dari Pohon Jati

Manusia dapat belajar banyak dari perilaku adaptif pohon jati, terutama dalam konteks perubahan iklim dan krisis air. 

Salah satu pelajaran penting adalah bagaimana kita bisa menyesuaikan kebutuhan dengan kondisi lingkungan, termasuk mengurangi konsumsi air saat pasokan sedang terbatas.

Dalam kehidupan sehari-hari, bentuk adaptasi ini bisa diwujudkan dengan menerapkan prinsip efisiensi air di rumah tangga.

Misalnya, menggunakan air bekas cucian sayur untuk menyiram tanaman, memperbaiki keran yang bocor, atau menggunakan teknologi hemat air pada toilet dan shower.

Di bidang pertanian, prinsip ini dapat diadopsi dengan penggunaan irigasi tetes atau penanaman varietas tanaman tahan kering.

Seperti pohon jati yang menyesuaikan kebutuhan airnya, petani pun bisa memilih metode tanam yang sesuai dengan ketersediaan air agar produksi tetap berlanjut di musim kemarau.

Pola hidup minimalis juga bisa dikaitkan dengan filosofi pohon jati. Mengurangi konsumsi yang tidak perlu dan memilih hidup sederhana adalah bentuk adaptasi sosial yang mencerminkan kesadaran terhadap keterbatasan sumber daya, termasuk air bersih.

Dalam skala yang lebih besar, pengelolaan kota dan infrastruktur berbasis konservasi air perlu dikembangkan. 

Contohnya seperti penggunaan sistem penampungan air hujan dan daur ulang air limbah. 

Pohon jati memberikan inspirasi bahwa mengelola air dengan bijak adalah kunci untuk bertahan dalam kondisi ekstrem.

Tanaman ini  mengajarkan bahwa bertahan bukan hanya soal kekuatan, tetapi soal kecerdikan dalam beradaptasi. 

Di tengah tantangan iklim yang kian tidak menentu, strategi alami pohon jati memberi kita contoh nyata bahwa harmoni dengan alam.

Pohon jati menghemat air di musim kemarau dengsn menggugurkan daunnya, manusia bisa mencontohnya (dok: Gregorius Nafanu)
Pohon jati menghemat air di musim kemarau dengsn menggugurkan daunnya, manusia bisa mencontohnya (dok: Gregorius Nafanu)

Upaya menjaga harmoni dengan alam ini bisa  dimulai dari cara kita memperlakukan air sebagai sumber kehidupan yang tak tergantikan.***

Sumber: https://www.youtube.com/@gnafanu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3