Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Dalam era pertanian modern, petani semakin mencari solusi yang lebih efisien dan tidak menyita banyak waktu.
Di sinilah muncul inovasi sederhana namun efektif, plastik warna-warni yang dipasang di sekitar pematang atau di atas lahan.
Potongan plastik itu dipasang dengan tali dan dibiarkan berkibar tertiup angin. Gerakan plastik yang tidak terduga membuat burung merasa terganggu dan enggan mendekat.
Keunggulan plastik warna-warni adalah gerakannya yang alami dan konstan. Berbeda dengan orang-orangan yang statis, plastik berdesir setiap kali angin bertiup.
Ini akan menimbulkan kilatan cahaya dan suara gemerisik yang dianggap mengancam oleh burung. Inilah yang membuat burung lebih sulit beradaptasi.
Selain lebih efektif, plastik juga lebih murah dan mudah diperoleh. Petani cukup memanfaatkan kantong plastik bekas atau pita plastik panjang, lalu memasangnya di titik-titik strategis.
Tidak butuh tenaga ekstra untuk menggerakkannya, karena angin sudah menjadi “penjaga sawah” alami.
Di sisi lain, penggunaan plastik warna-warni juga mencerminkan perubahan gaya hidup petani. Mereka kini lebih praktis, tidak lagi punya banyak waktu untuk menjaga sawah seharian.
Dengan plastik, lahan bisa terlindungi tanpa harus selalu diawasi. Ini menjadi jawaban atas kebutuhan efisiensi di tengah tuntutan produksi pangan yang terus meningkat.
Fenomena beralihnya petani dari orang-orangan ke plastik juga menggambarkan bagaimana tradisi dan inovasi bisa saling menggantikan.
Orang-orangan memang menyimpan nilai budaya dan estetika, tetapi dalam hal efektivitas, plastik lebih unggul.
Banyak petani bahkan memadukan keduanya, orang-orangan tetap dipasang untuk simbolis, sementara perlindungan utama berasal dari plastik warna-warni.