Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331
Kunjungan hari ketiga di Tempat Pembuangan Sampah Ahir (TPA) Regional
Piyungan Bantul Yogyakarta, survey kondisi sampah dan proses pengelolaannya.
Semoga artikel pendek ini bisa dibaca oleh Raja Jogja atau Sri Sultan Hamengku Buwono X yang juga sebagai Gubernur DI Jogjakarta. Agar bisa melakukan perbaikan TPA Regional Piyungan.
Baca juga: Sampah Terus Menumpuk dan Bermasalah, Apa Solusinya?
Baca juga: Korelasi Sampah dengan CSR dan EPR
Setiap harinya TPA Piyungan menerima atau menampung 700 ton sampah dari Bantul, Sleman, dan Kota Yogyakarta sendiri. Hampir setiap tahun masyarakat sekitar TPA mengeluh karena berbagai masalah khususnya bau sampah yang menyengat.
Rehabilitasi atau pengelolaan TPA Piyungan dengan cara menutup sampah dengan tanah tanpa menangkap metannya itu sangat berbahaya dan mubadzir saja.
Juga kondisi air lindi di TPA Piyungan tersebut dari sampah yang telah ditutup, terus mengalir. Ini juga seharusnya dibuatkan bak kontrol untuk dinormalisasi lalu dialirkan ke alam.
Baca juga: Memahami Circular Economi Sampah
Seharusnya di TPA Piyungan tersebut direhabilitasi dengan membangun sanitary landfill, metannya ditangkap untuk selanjutnya biogas yang ada disalurkan ke rumah penduduk sekitar TPA.