Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com
Baru-baru ini, saya menemukan fenomena unik sekaligus menggelitik.
Setelah peluncuran bus Trans Jatim pada akhir Agustus lalu, saya menemukan sebuah kegiatan di dalam bus yang bisa jadi menuai pro kontra di kalangan pengguna bus terutama pengguna Trans Jatim. Fenomena tersebut adalah banyaknya para penumpang bus Trans Jatim yang makan dan minum di dalam bus.
Mereka tak sekadar makan permen, camilan, atau roti tetapi makan makanan berat lain. Kebanyakan makanan yang dimakan adalah nasi bungkus dengan aneka lauk. Mulai nasi kuning, nasi rames, nasi krawu, dan lain sebagainya. Uniknya, kegiatan makan ini tidak dilakukan oleh satu orang saja melainkan beberapa orang terutama yang naik Trans Jatim bersama rombongan.
Pro kontra pun segera muncul terkait fenomena ini. Banyak yang kontra terhadap kegiatan makan tersebut karena sudah jelas ada aturan dilarang makan dan minum di dalam bus BRT Trans Jatim. Larangan ini diberikan bersamaan dengan beberapa larangan lainnya, semisal larangan merokok, membawa benda tajam dan bau menyengat, serta kegiatan yang dapat mengganggu penumpang lain.
Jika dilihat secara saksama, sebenarnya larangan ini bertujuan baik. Bau makanan yang menyengat membuat penumpang lain terganggu dan menyebabkan perjalanan menjadi tidak nyaman. Belum lagi, kondisi bus yang penuh sesak membuat penumpang di sebelahnya bisa terkena noda makanan. Kalau penumpang tersebut hanya tinggal pulang tentu tidak seberapa efeknya. Kalau mereka sedang dalam menuju perjalanan kerja dan memakai baju kerja, tentu hal ini sangat mengganggu.
Tidak hanya itu, sampah yang bisa timbul dari aktivitas makan di dalam bus ini juga cukup membuat perjalanan tak nyaman. Walau para penumpang yang makan ini sudah menyimpan sampah mereka, bukan berarti dipastikan tidak ada sampah. Tentu, potensi menimbulkan sampah akan tetap ada dan membuat penumpang selanjutnya yang duduk di bangku penumpang tersebut menjadi tak nyaman.
Aktivitas naik turun penumpang yang padat juga bisa membuat potensi makanan tercecer cukup besar karena penumpang yang makan bisa saja tersenggol. Saya pernah mendapati seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya di dalam bus dan tak sengaja tersenggol penumpang lain yang baru naik. Sontak beberapa bagian nasinya tercecer di bangku penumpang dan itu membuat tidak nyaman.
Meski peraturan ini sudah diberikan, nyatanya belum ada tindakan tegas dari kondektur Trans Jatim saat ada penumpang yang makan. Jika ada penumpang lain yang mengingatkan tentu akan terjadi kesalahpahaman. Saya sempat ingin menegur beberapa rombongan ibu-ibu yang malah langsung membuka bungkusan makanan saat awal pengoperasian bus ini dulu. Untung saja, saat itu ada seorang bapak-bapak yang dengan tegas langsung mengingatkan bahwa di dalam bus tidak boleh makan atau minum.
Walau demikian, kondisi bus yang cukup penuh membuat sang kondektur tidak bisa leluasa untuk memantau seluruh kegiatan penumpang. Asal semua penumpang tertib dan membayar tiket, itu sudah cukup. Toh juga ada suara pengumuman mengenai aturan di dalam bus ketika bus tidak sedang mendekati halte. Pengumuman tersebut diputar berulang dan salah satu diantaranya berisi larangan untuk makan dan minum di dalam bus.