Ikrom Zain
Ikrom Zain Tutor

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Terengah dan Tergerus Zaman, Bus Hijau Surabaya-Mojokerto Nyaris Tinggal Kenangan

5 Juni 2024   08:50 Diperbarui: 13 Juni 2024   19:43 1679 13 3

Saya harus menunggu sekitar 20 menit hingga ada bus yang tiba. Bus tersebut adalah bus milik PO Hilkmah Jaya tentunya dengan warna livery dominasi hijau tua denga cat yang sudah mulai kusam. Saya masuk dan di sana ternyata sudah ada sekitar 4 penumpang. Tiga diantara penumpang tersebut adalah anak sekolah dan seorang bapak tua.

Bus pun melaju pelan tetapi kemudian berhenti cukup lama di persimpangan Pasar Lama Krian yang juga menjadi tempat Terminal Krian berada. Saya hitung, ada kurang lebih 30 menit bus ini ngetem untuk menunggu penumpang. 

Sang sopir pun turun dan mulai ngopi sambil merokok. Jangan ditanyakan bagaimana hawa panas yang saya rasakan. Untung saja, saya sudah siap dengan air mineral dingin yang saya beli di minimarket sebelum naik bus.

Sepanjang waktu ngetem tersebut, hanya ada dua orang yang naik. Itu pun mereka kebanyakan warga sekitar Krian yang naik untuk jarak dekat. Bukan seperti saya yang naik hingga ke Surabaya. Artinya, mereka memang juga niat naik bus ini karena tidak ada halte Trans Jatim koridor 2 di sepanjang daerah rumah mereka. 

Bus Trans Jatim koridor 2 memang tidak memiliki halte sepanjang daerah Geluran hingga Taman. Padahal, konsentrasi para pekerja dan penduduk cukup banyak di sana. Banyak pabrik berskala besar terdapat di sana dan rata-rata mereka adalah pekerja dari luar wilayah tersebut.

Bangku bus yang kosong. (Dokumentasi pribadi)
Bangku bus yang kosong. (Dokumentasi pribadi)

Atas alasan itu, bus hijau ini masih dibutuhkan karena masih dapat menjangkau wilayah yang tidak terdapat halte Trans Jatim. Pemberhentian yang lebih fleksibel semacam inilah yang menjadi daya tarik bus ini walau semakin lama tentunya jumlah penumpang terus menurun. Tentu, keberadaan bus Trans Jatim bukan menjadi alasan turunnya jumlah penumpang bus ini. jumlah kendaraan pribadi yang semakin berkembang pesat adalah biangnya.

Bagaimana tidak, orang-orang butuh kecepatan untuk berpindah tempat. Jika naik bus ini yang berjalan pelan tentu tidak akan keburu. Saya sendiri berangkat ke tempat les di Krian dengan naik Trans Jatim dan lanjut naik ojek online. Barulah saat pulang yang tidak membutuhkan ketepatan waktu saya mau naik bus hijau ini.

Bus kembali berangkat dengan kecepatan yang sangat pelan. Sang sopir mengendari bus sembari menelepon dengan suara kencang. Tak lupa, batang demi batang rokok ia isap yang tampak terasa nikmat. Semetara saya masih setia dengan air mineral karena dahaganya luar biasa. Saya bersyukur bus ini masih memberikan kelonggaran untuk makan dan minum. Tak seperti Trans Jatim yang melarang keras kegiatan tersebut.

Baru beberapa menit berajalan, bus berbelok menuju SPBU untuk isi solar. Aduh, saya mulai was-was takut kalau teman saya menunggu lama. Sempat terpikir untuk turun saja di sebuah halte Trans Jatim tetapi niat itu saya urungkan. Saya sudah kadung membayar tarif sebesar 10 ribu rupiah ke sopir bus. Sayangkan kalau saya harus oper lagi?

Penumpang yang kian sepi. (Dokumentasi pribadi)
Penumpang yang kian sepi. (Dokumentasi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3