Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com
Selain mencoba naik bus Trans Metro Dewata dan Trans Sarbagita, saya juga berkesempatan menjajal bus DAMRI rute Denpasar - Bangli via Gianyar.
Mulanya, saya tidak berniat untuk naik bus ini. Tujuan awal saya adalah naik bus Trans Sarbagita S2 menuju Gianyar Kota untuk bertemu rekan lama yang sudah janjian sebelumnya. Lantaran tidak mau terkena macetnya jalanan Bali, maka saya datang ke GOR Ngurah Rai Denpasar sebelum pukul 7 pagi.
Saat itu, sudah ada beberapa bus berwarna biru muda dengan kombinasi putih terparkir di sana. Saya mengira, semuanya adalah bus Trans Sarbagita. Salah satu bus parkir di halte dek tinggi.
Dari tulisannya, saya yakin itu bukan tujuan saya karena bus tersebut menuju Jimbaran, Universitas Udayana, dan Poltek Bali. Saya akan naik bus dengan kode S1 tersebut setelah saya dari Gianyar. Sekalian membeli oleh-oleh di kawasan Jimbaran.
Nah, tak lama kemudian, ada bus DAMRI yang tiba-tiba saja akan keluar area GOR. Saya langsung berlari dan bertanya pada sopir ke mana tujuan bus tersebut. Sang sopir menjawab bahwa bus itu menuju Bangli. Namun, saya melihat sekilas tulisan bus yang menunjukkan bahwa tujuan bus tersebut juga melewati Gianyar.
Setelah bertanya kembali, sopir mengiyakan bahwa saya bisa turun Gianyar. Tak banyak bicara, saya langsung masuk bus dan menanyakan kembali berapa harga tiketnya. Oleh sang sopir, saya langsung disuruh untuk duduk saja. Dengan wajah yang masih bingung, ada seorang ibu paruh baya yang berkata dengan sedikit guyon.
"Duduk saja, Bli. Ini gak perlu bayar. Dibayari sopir".
Saya baru ngeh kalau bus ini gratis. Rupanya, ibu tersebut adalah penumpang langganan bus ini. Pantas saja ia cukup akrab dengan sopir dan berbincang dengannya. Sampai-sampai, ia banyak berkelakar soal kehidupan di hari yang masih pagi itu dengan bahasa Bali yang sangat sedikit saya mengerti.
Saya masih belum bisa menerima dengan sempurna mengenai bus yang sedang saya naiki ini karena saya takut salah naik. Bagaimana jika nanti tidak bisa balik ke Denpasar?