Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com
Bus ini sendiri dibuat oleh karoseri Piala Mas menggunakan dek rendah. Trans Jatim sendiri sudah menggunakan bus dek rendah mulai koridor 4. Ada 15 bus yang melayani rute ini dengan 1 bus sebagai cadangan. Konfigurasi kursi 2-1 hadap depan dengan kursi prioritas di bagian belakang. Yah, rasanya hampir sama dengan naik bus Trans Jatim koridor 4, 5, atau 6 karena memang busnya sama.
Perbedaannya hanya pada livery bus yang bergambar makam Sunan Drajat. Bus ini memang bertema Sunan Drajat karena melewati area sekitar makam Sunan Drajat. Di samping itu, nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Sunan Drajat sebagai salah satu wali songo bisa terus diambil hikmahnya.
Dari Terminal Lamongan, bus menuju ke arah Jalan Sunan Giri atau di sekitar GOR Lamongan. Bus lalu menuju ke Jalan Raya Sugio - Baturono. Di sini, laju bus mulai tertahan akibat pembangunan jalan dan gorong-gorong. Beberapa penumpang yang akan naik dari sebuah pemberhentian agak kesusahan karena di sekitar halte ada banyak bahan konstruksi.
Bus kemudian menuju ke arah Jalan Sumberaji dan daerah Kampus Unisda. Selanjutnya, bus menuju ke arah Sukodadi, Banjamadu, Kendalkemlangi, dan dan Karanggeneng. Nah, di beberapa tempat tersebut terjadi penumpukan calon penumpang yang akan naik. Banyak ibu-ibu yang sangat ingin mencoba naik bus ini membawa anak mereka menunggu di halte.
Ada juga bapak-bapak yang penasaran dengan bus dengan warna hijau ini. Bahkan. Ada satu halte yang sudah dipenuhi oleh sekitar 20an orang. Kata penumpang duduk di dekat saya, yang mau naik jumlahnya satu RT.
Sayang, semua calon penumpang yang ingin naik tersebut harus gigit jari karena bus sudah penuh. Sesuai SOP, bus hanya mampu menampung 40an penumpang dengan 20 penumpang berdiri. Kalau dipaksakan, laju bus akan terhambat dan keselamatan penumpang juga bisa terancam. Kenyamanan bersama juga akan terganggu.
Walau kondektur sudah menjelaskan bahwa bus sudah penuh, tetap saja banyak calon penumpang yang memaksa untuk naik. Mereka beralasan sudah menunggu 1 jam lebih dan bus selalu penuh. Yah bagaimana lagi, pada masa gratis seperti euforia masyarakat untuk mencoba naik bus Trans Jatim sangat tinggi.
Namun, jika memaknai salah satu ajaran Sunan Drajat yakni Meper Hardaning Pancadriya (Berjuang menekan gejolak nafsu indrawi), maka calon penumpang bisa sabar untuk tidak memaksakan diri: Berjuang mengendalikan hawa nafsu dan emosi agar tidak menimbulkan malapetaka. Masih ada hari esok untuk mencoba bus ini meski tidak lagi gratis, Toh tiketnya hanya 5.000 rupiah.
Saya miris melihat anak-anak yang kepanasan menunggu di pemberhentian bus dan menunggu bus lama dengan ketidakpastian. Saya paham mungkin orang tua mereka ingin membuat anak senang dengan naik bus gratis. Meksi begitu, jika kondisi tidak memungkinkan rasanya tidak pas untuk memaksakan diri. Saya saja sudah tak kuat dengan keriwehan di dalam bus dan memilih turun di makam Sunan Drajat meski perjalanan bus belum selesai.
Calon penumpang yang memadati halte sudah tak banyak lagi saat bus masuk wilayah Dukun yang merupakan wilayah penhandle (juluran) dari Kabupaten Gresik. Euforia masyarakat yang masuk teritorial Gresik ini tak sebesar di teritorial Lamongan. Uniknya, halte bus di wilayah Gresik sudah banyak yang terbangun dengan baik dibandingkan di wilayah Lamongan.