Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com
Trans Jatim koridor 7 resmi beroperasi pada Selasa, 7 Oktober 2025 kemarin.
Rute ini merupakan rute yang menghubungkan Terminal Lamongan dengan wilayah Dukun, Drajat, dan Paciran. Tentu, setiap ada rute terbaru dari Trans Jatim, hati ini rasanya bergejolak untuk mencobanya. Terlebih, pihak Trans Jatim selalu memberikan tiket gratis selama seminggu setelah peresmian.
Walau tertarik untuk mencoba, tetapi hati saya masih ada perasaan yang mengganjal. Pertama, rute ini berada cukup jauh dari tempat saya bekerja atau rumah saya. Saya harus menuju Paciran atau Lamongan untuk menjajal rute ini. Kedua, sebenarnya bus rute ini sedianya akan digunakan untuk rute Legundi - Krian - Karangpilang - Joyoboyo Surabaya.
Rute yang sangat saya butuhkan untuk bekerja di Krian dan menuju kontrakan di Surabaya. Sayang, pihak Pemkot Surabaya menolak keberadaan Trans Jatim masuk wilayah Kota Surabaya.Polemik tersebut akhirnya membuahkan hasil berupa rute yang digunakan adalah rute Lamongan - Paciran ini. Walau demikian, rasanya saya juga harus mencobanya di masa gratis ini.
Singkat cerita, saya menuju Lamongan menggunakan bus AKDP tujuan Bojonegoro dari Terminal Bungurasih dan sampai di Terminal Lamongan sekitar pukul 9 pagi. Namanya juga gratis, ada beberapa calon penumpang yang berencana naik. Bahkan, ada rombongan guru dan siswa yang saat itu tidak ada kegiatan pembelajaran di sekolah yang niat untuk jalan-jalan.
Walau agak pesimis karena sepertinya tidak dapat tempat duduk, tapi akhirnya saya bisa naik dan mendapatkan apa yang saya inginkan. Keputusan saya tepat karena jika saya naik dari Paciran, maka saya datang lebih siang dan antrean akan semakin panjang.
Kondektur dengan ramah menyapa saya dan menanyakan tujuan ke saya sambil memberi tiket gratis. Mulanya saya ingin sampai Paciran. Namun, karena saat itu hari Jumat, maka saya memutuskan untuk turun di Makam Sunan Drajat saja untuk salat jumat di sana. Nantinya, saya akan naik bus koridor 4 menuju Gresik. Saya hanya ingin mengetahui rute bus ini dari Lamongan ke Drajat. Sementara, rute dari Drajat ke Paciran sama dengan bus koridor 4 yang sudah pernah saya naiki.
Bus ini sendiri dibuat oleh karoseri Piala Mas menggunakan dek rendah. Trans Jatim sendiri sudah menggunakan bus dek rendah mulai koridor 4. Ada 15 bus yang melayani rute ini dengan 1 bus sebagai cadangan. Konfigurasi kursi 2-1 hadap depan dengan kursi prioritas di bagian belakang. Yah, rasanya hampir sama dengan naik bus Trans Jatim koridor 4, 5, atau 6 karena memang busnya sama.
Perbedaannya hanya pada livery bus yang bergambar makam Sunan Drajat. Bus ini memang bertema Sunan Drajat karena melewati area sekitar makam Sunan Drajat. Di samping itu, nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Sunan Drajat sebagai salah satu wali songo bisa terus diambil hikmahnya.
Dari Terminal Lamongan, bus menuju ke arah Jalan Sunan Giri atau di sekitar GOR Lamongan. Bus lalu menuju ke Jalan Raya Sugio - Baturono. Di sini, laju bus mulai tertahan akibat pembangunan jalan dan gorong-gorong. Beberapa penumpang yang akan naik dari sebuah pemberhentian agak kesusahan karena di sekitar halte ada banyak bahan konstruksi.
Bus kemudian menuju ke arah Jalan Sumberaji dan daerah Kampus Unisda. Selanjutnya, bus menuju ke arah Sukodadi, Banjamadu, Kendalkemlangi, dan dan Karanggeneng. Nah, di beberapa tempat tersebut terjadi penumpukan calon penumpang yang akan naik. Banyak ibu-ibu yang sangat ingin mencoba naik bus ini membawa anak mereka menunggu di halte.
Ada juga bapak-bapak yang penasaran dengan bus dengan warna hijau ini. Bahkan. Ada satu halte yang sudah dipenuhi oleh sekitar 20an orang. Kata penumpang duduk di dekat saya, yang mau naik jumlahnya satu RT.
Sayang, semua calon penumpang yang ingin naik tersebut harus gigit jari karena bus sudah penuh. Sesuai SOP, bus hanya mampu menampung 40an penumpang dengan 20 penumpang berdiri. Kalau dipaksakan, laju bus akan terhambat dan keselamatan penumpang juga bisa terancam. Kenyamanan bersama juga akan terganggu.
Walau kondektur sudah menjelaskan bahwa bus sudah penuh, tetap saja banyak calon penumpang yang memaksa untuk naik. Mereka beralasan sudah menunggu 1 jam lebih dan bus selalu penuh. Yah bagaimana lagi, pada masa gratis seperti euforia masyarakat untuk mencoba naik bus Trans Jatim sangat tinggi.
Namun, jika memaknai salah satu ajaran Sunan Drajat yakni Meper Hardaning Pancadriya (Berjuang menekan gejolak nafsu indrawi), maka calon penumpang bisa sabar untuk tidak memaksakan diri: Berjuang mengendalikan hawa nafsu dan emosi agar tidak menimbulkan malapetaka. Masih ada hari esok untuk mencoba bus ini meski tidak lagi gratis, Toh tiketnya hanya 5.000 rupiah.
Saya miris melihat anak-anak yang kepanasan menunggu di pemberhentian bus dan menunggu bus lama dengan ketidakpastian. Saya paham mungkin orang tua mereka ingin membuat anak senang dengan naik bus gratis. Meksi begitu, jika kondisi tidak memungkinkan rasanya tidak pas untuk memaksakan diri. Saya saja sudah tak kuat dengan keriwehan di dalam bus dan memilih turun di makam Sunan Drajat meski perjalanan bus belum selesai.
Calon penumpang yang memadati halte sudah tak banyak lagi saat bus masuk wilayah Dukun yang merupakan wilayah penhandle (juluran) dari Kabupaten Gresik. Euforia masyarakat yang masuk teritorial Gresik ini tak sebesar di teritorial Lamongan. Uniknya, halte bus di wilayah Gresik sudah banyak yang terbangun dengan baik dibandingkan di wilayah Lamongan.
Dari Dukun, bus kemudian menuju ke area Dagan yang kembali masuk wilayah Lamongan. Di sini, kontur jalan mulai naik dan turun karena merupakan hutan di wilayah kapur. Inilah alasan pembatasan kapasitas bus benar-benar tepat. Keselamatan penumpang adalah hal utama yang tak boleh diabaikan.
Saya pun turun di makam Sunan Drajat. Di sana juga sudah banyak antream calon penumpang yang mengular. Aduh, rasanya lega sekali. Saya melipir di sebuah warung sambil melihat petugas dan kondektur Trans Jatim berjibaku mengatur calon penumpang. Saat bus berangkat, mereka pun kembali ke warung untuk beristirahat.
Saya ngakak ketika mereka mengatakan harus menyiapkan mental untuk akhir pekan karena jumlah penumpang akan berkali lipat. Yah bagaimana lagi namanya juga waktu liburan pasti banyak orang yang ingin naik.
Selain memaknai ajaran Sunan Drajat dari sisi penumpang, keberadaan Trans Jatim kordor 7 ini juga bisa dimaknai oleh pejabat. Salah satunya adalah ajaran menehono pangiyup marang wong kang kaudanan yang berarti memberi peneduh bagi orang yang kehujanan.
Ajaran ini bisa dimaknai yang berarti membangun halte yang representatif yang bisa digunakan untuk peneduh calon penumpang. Memperbanyak armada bus agar penumpang tidak terlalu menunggu lama dan tentunya menambah jam operasional agar mereka yang tidak punya kendaraan bisa menggunakan layanan ini untuk bekerja atau kegiatan lain. Semoga ajaran Sunan Drajat benar-benar bisa dimaknai dan diimplementasikan dari pengoperasian bus ini.