Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Tapi, apakah aktivitas seni budaya di TIM hanya bergantung kepada momen? Mestinya, tidak. Dari penelusuran saya, sejauh ini, belum ada program seni budaya untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang yang di-publish ke publik. Di Instagram resmi uppkjtim, wajahbaru_tim, dan pds_hbjassin misalnya, belum ada info tentang kegiatan seni budaya untuk bulan September. Padahal, bulan Agustus sudah separuh jalan.
Memang, revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) belum selesai dan masih terus berlangsung. Tapi, momentum di pembukaan TIM secara bertahap ini, hendaknya dijaga dengan berbagai program yang relevan. Ada banyak komunitas seni budaya yang bisa dilibatkan untuk menjaga momentum kebangkitan tersebut.
Dalam Taman Ismail Marzuki (TIM) Dikelola Jakpro agar Kegiatan Bisnis Seimbang dengan Kebudayaan yang dilansir Kompas.com pada Rabu, 03 Juli 2019, disebutkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menyerahkan pengelolaan Taman Ismail Marzuki (TIM) kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro) setelah selesai direvitalisasi.
Artinya, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pengelola, baru akan bergerak setelah TIM selesai direvitalisasi. Nah, di masa menjelang selesai revitalisasi, apakah TIM dibiarkan vakum dari aktivitas seni budaya? Alangkah lugu-nya Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) yang didirikan pada 10 November 1968 di atas lahan seluas sekitar 8 hektar tersebut, pasrah saja.
Jakarta, 14 Agustus 2022