Isson Khairul
Isson Khairul Jurnalis

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Menjelang 82 Tahun Sutardji Calzoum Bachri

2 Februari 2023   11:10 Diperbarui: 2 Februari 2023   11:14 999 1 0

Menjelang Peringatan 82 Tahun Sutardji Calzoum Bachri. Foto: Isson Khairul
Menjelang Peringatan 82 Tahun Sutardji Calzoum Bachri. Foto: Isson Khairul

Bang Tardji menjelang 82 tahun. Komunitas Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) berencana menggelar Peringatan. Iwan Henry Wardhana, selaku Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, siap men-support. "Mari kita bergandengan tangan menggairahkan sastra untuk bangsa," ujar Octavianus Masheka, Ketua Umum TISI.

   

Puisi Para Pemuda


Juni mendatang, Sutardji Calzoum Bachri akan genap 82 tahun. Alhamdulillah, di usia yang sudah lanjut itu, Bang Tardji masih terus bersemangat terlibat di berbagai aktivitas sastra.

Ia seolah tak kenal lelah untuk senantiasa menebar spirit dalam berkarya. Ia bukan hanya menyemangati orang-orang muda melalui karya-karya puisinya, tapi senantiasa mendatangi forum-forum sastra, yang diselenggarakan serta dihadiri oleh orang-orang muda.

Sikap Bang Tardji sebagai Presiden Penyair Indonesia ini, tentulah sangat patut kita teladani. Ia leluasa berinteraksi, berbagi inspirasi, bahkan dengan mereka yang belum lahir ketika Bang Tardji berada di puncak kejayaannya sebagai penyair.

Perhatiannya kepada orang-orang muda, tak hanya sebatas puisi. Pada peluncuran buku antologi puisi 77 Penyair Membaca Pahlawan, misalnya. Ketika itu, Bang Tardji membahas Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang ia sebut sebagai puisi.

Pada 28 Oktober 1928 itu, para pemuda berikrar bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu: Indonesia. Ikrar tersebut dinyatakan dalam Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 di Batavia. Padahal, ketika itu, Indonesia belum ada. Bahasa Indonesia pun belum ada.

Menurut Bang Tardji, itulah puisi yang sangat sarat dengan imajinasi, imajinasi tentang Indonesia. Hal itu diungkapkan Bang Tardji pada peluncuran buku antologi puisi 77 Penyair Membaca Pahlawan, di aula Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, pada Senin, 14 November 2022 lalu.

Bila kita runut ke belakang, penegasan Sumpah Pemuda sebagai imajinasi tentang Indonesia, sesungguhnya sudah diungkapkan Bang Tardji jauh sebelumnya. "Ketika para pemuda mencetuskan Sumpah Pemuda, Indonesia belum ada, masih dalam bentuk imajinasi. Dalam puisi, imajinasi adalah hal utama. Bangsa ini lahir dari puisi," tutur Sutardji Calzoum Bachri, dalam pidato sastra mengenang Chairil Anwar, di Teater Kecil TIM, pada Kamis, 23 Mei 2013 malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2