Isson Khairul
Isson Khairul Jurnalis

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Bandara Madinah, Pendaratan Pertama Jemaah Calon Haji Indonesia

25 Mei 2023   11:44 Diperbarui: 25 Mei 2023   15:46 1505 11 2

Setelah melewati gerbang imigrasi, jemaah umumnya menggelosor untuk istirahat, menunggu datangnya bagasi. Yang tiba malam hari atau dini hari, umumnya sudah terkantuk-kantuk. Karena itulah, sejak dari tanah air, jemaah harus menyiapkan fisik sekaligus mental, menghadapi segala kemungkinan kondisi di perjalanan.

Langsung ke Masjid Nabawi

Bandara Internasional Madinah ini adalah bandara modern. Bangunannya juga dirancang dengan arsitektur modern. Tiang-tiangnya dirancang sedemikian rupa, mirip pohon kurma, yang memang khas Timur Tengah. Sebagian besar dindingnya menggunakan kaca tembus pandang. Dengan demikian, suasana di bandara tersebut terasa lapang.

Banyaknya jemaah, tentu saja membuat antrean di tempat bagasi cukup padat. Antrean ini juga menguras enerji, sebagaimana antrean di gerbang imigrasi. Sekali lagi, dibutuhkan ketahanan fisik dan mental untuk menghadapi semua itu.

Setelah bagasi diperoleh, kemudian dinaikkan ke troli, dibutuhkan lagi kekuatan fisik dan mental untuk mendorong troli tersebut ke area parkir bus. Jarak antara gedung terminal dan area parkir bus, sebenarnya tidak terlalu jauh. Namun, karena jemaah umumnya sudah dalam kondisi lelah, jarak itu jadi terasa jauh.

Memang, ada petugas yang membantu. Tapi, jemaah tetap harus mengawasi bagasi masing-masing. Untuk memudahkan pengawasan, sebaiknya tiap jemaah memberi tanda khusus yang mudah dikenali, di bagasi masing-masing.

Perhatikan dengan saksama untuk memastikan, bahwa bagasi kita sudah ada di troli dan sudah dimasukkan ke dalam bagasi bus yang akan kita naiki. Jika bagasi kita lolos dari pengawasan kita, maka untuk menemukan bagasi tersebut setiba di hotel, akan menjadi kepanikan tersendiri. Fisik sudah terkuras. Emosi juga terkuras. Kepanikan jadi berlipat-ganda.

Untuk kesekian kalinya, yakinkan diri bahwa semua ini adalah perjalanan ibadah. Jaga diri agar tidak meluapkan emosi dengan kata-kata maupun perilaku, yang mencederai perjalanan ibadah ini. Sampai di hotel, langsung rebahan istirahat? Hehe, ini bukan liburan. Ini perjalanan ibadah. Dibutuhkan perjuangan untuk menunaikan ibadah.

Sebagian dari jemaah, yang sudah dalam kondisi lelah secara fisik dan mental tersebut, memilih untuk bersih-bersih diri serta berganti pakaian, kemudian ber-wudhu dan bergerak ke Masjid Nabawi untuk menunaikan shalat. 

Jarak hotel masing-masing kloter dengan Masjid Nabawi, tentu saja berbeda-beda. Yang pasti, jemaah ya berjalan kaki menuju masjid tersebut.

Shalat di hotel? Tergantung pilihan dan tekad masing-masing jemaah. Ada yang berpikir, ngapain jauh-jauh terbang 10 jam lebih dari tanah air serta sudah mengeluarkan biaya berjuta-juta rupiah, terus tidak memanfaatkan momentum untuk shalat di Masjid Nabawi? Sekali lagi, ini terpulang kepada niat sekaligus tekad masing-masing jemaah dalam beribadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3