Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Silat Cimande dan Urut Patah Tulang Cimande. Kedua hal itu sudah dikenal luas. Kampung Babakan Tarikolot di Desa Cimande dipercaya sebagai asal-muasal silat dan urut patah tulang tersebut, sejak abad ke-17. Pada Rabu, 13 September 2023 lalu, saya singgah ke sana.
Tiga Perempuan Peduli Wisata
Alamat yang saya tuju adalah P4S Antanan di Kampung Babakan Tarikolot, Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari perempatan Ciawi Bogor, ke arah Sukabumi, hanya dibutuhkan sekitar 30 menit berkendara untuk sampai ke sana.
Pada Rabu itu, di alamat tersebut, saya bertemu dengan tiga perempuan peduli Desa Wisata. Mereka adalah Dina Mayasari Soeswoyo, Julia Ratnawulan Skawanti, dan Riani Prihatini Ishak. Mereka sedang mengadakan Pelatihan Pengelolaan Homestay untuk sejumlah warga Desa Cimande.
"Desa Cimande ini memiliki banyak keunggulan budaya. Antara lain, Silat Cimande dan Urut Patah Tulang Cimande. Banyak orang yang berkunjung ke desa ini, tapi belum terkelola dengan baik untuk meningkatkan ekonomi warga desa," ujar Dina Mayasari Soeswoyo S.E., M.Par., dosen di Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor (STPB) sejak tahun 2015.
Dina Mayasari mencontohkan, mereka yang belajar Silat Cimande dan pasien serta keluarga yang menjalani pengobatan Urut Patah Tulang Cimande, sesungguhnya membutuhkan tempat menginap di Desa Cimande. Sayangnya, belum ada homestay di sana. Padahal, potensi ekonomi dari mereka untuk warga desa lumayan besar.
Didorong oleh kepeduliannya untuk meningkatkan ekonomi warga desa setempat, Dina Mayasari mengajak dua rekannya, Julia Ratnawulan Skawanti, S.Kom, M.Kom. dan Riani Prihatini Ishak S.Pi., MM. Mereka bertiga sehari-hari merupakan dosen di Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor (STPB).
Dina Mayasari didukung oleh Julia Ratnawulan dan Riani Prihatini, kemudian mengajukan bantuan dana hibah berbasis pengabdian masyarakat, ke Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia. Gayung bersambut, pengajuan mereka direspon positif oleh Kemendikbudristek.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Kemendikbudristek, hingga akhirnya berdiri homestay pertama di Desa Cimande. Mudah-mudahan homestay ini menjadi salah satu pemicu untuk meningkatkan kesadaran warga desa akan pariwisata," tutur Dina Mayasari lebih lanjut.
Homestay pertama di Desa Cimande itu dinamakan Homestay Jawara, mengacu ke Silat Cimande. Lokasinya di P4S Antanan di Kampung Babakan Tarikolot. Pengelolanya, Yuyun, yang sekaligus menjadi Koordinator Bidang Homestay di Desa Cimande.
Gerakan pariwisata yang dilakukan Dina Mayasari bersama dua rekannya tersebut, mendapat apresiasi dari para sesepuh desa dan pemangku Desa Wisata Kabupaten Bogor. Dukungan para pihak itu, menurut Dina Mayasari, sangat diperlukan, agar aktivitas pariwisata benar-benar memberi manfaat kepada warga Desa Cimande.
Malibu, Slebor, dan Markisa
Secara geografis, Desa Cimande diapit dua gunung: Gunung Pangrango dan Gunung Salak. Luas wilayahnya sekitar 335 hektar, dengan rata-rata ketinggian 550 meter di atas permukaan laut. Homestay Jawara tersebut dikitari berbagai macam pepohonan, juga kolam ikan. Ada juga greenhouse serta beragam tanaman sayuran.
Udara sejuk Desa Cimande serta lingkungan yang rindang, tentulah membuat pengunjung betah di sana. Selain menanam sayuran, warga Desa Cimande juga berkebun salak, yang mereka namakan Salak Slebor. Maksudnya, bibit salak dari Sleman, ditanam di Bogor. Sleman adalah sebuah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selain berkebun salak, warga desa setempat juga berkebun markisa dan lidah buaya (aloe vera), spesies tumbuhan dengan daun berdaging tebal. Markisa dan lidah buaya tersebut sudah diolah warga menjadi minuman, yang mereka namai Malibu. Artinya, produk kuliner yang sudah dirintis warga tersebut, bisa dikembangkan menjadi lebih baik.
Dina Mayasari didukung oleh Julia Ratnawulan dan Riani Prihatini, bertekad akan terus mendampingi warga Desa Cimande, hingga desa itu benar-benar menjadi Desa Wisata yang mandiri. "Masih banyak hal yang harus dilakukan di sini. Dalam konteks Desa Wisata, status Desa Cimande masih di level rintisan. Ada beberapa tahap lagi untuk menjadi mandiri. Kami membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang relevan," ungkap Dina Mayasari dengan penuh semangat.
Pelatihan Pengelolaan Homestay pada Rabu, 13 September 2023 lalu itu, juga dihadiri oleh para pemangku kepentingan. Antara lain, Dani Ahmad Mubarok. Ia adalah Analis Pariwisata Bidang Daya Tarik Destinasi Pariwisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor.
Hadir juga Deni Amar, Ketua Asosiasi Desa Wisata Kabupaten Bogor. Jajang Sumantri yang merupakan Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Cimande, juga hadir. Kehadiran mereka tentulah merupakan angin segar, untuk bersama-sama membangun pariwisata, yang pada gilirannya akan meningkatkan ekonomi warga desa setempat.
Secara administrasi, sebenarnya Desa Cimande sudah terdaftar sebagai Desa Wisata sejak tahun 2013. Secara keseluruhan, ada 65 Desa Wisata di Kabupaten Bogor. Salah satunya, Desa Cimande. Di bagian Selatan, Desa Wisata tersebut tersebar dari Desa Tugu Selatan, Ciawi, hingga ke perbatasan Sukabumi.
Di bagian Barat, tersebar dari Tamansari, Pamijahan, Ciampea, Nanggung, sampai ke Sukajaya. Di wilayah Utara, tersebar dari Iwul hingga Jampang. Sedangkan untuk wilayah Timur, tersebar dari Pasir Mukti, Tarikolot, Linggar Mukti, hingga Bojong Kulur.
Bogor, 19 September 2023